Indovoices.com– Sebagai tradisi keilmuan sekaligus puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-52 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), LIPI memberikan kehormatan kepada Prof. Dr. Irwandi Jaswir untuk memberikan orasi ilmiah Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIX.
“LIPI memilih sosok Prof. Dr. Irwandi Jaswir sebagai penghargaan atas dedikasi beliau sebagai salah satu pionir dalam bidang Halal Science,” ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko di Jakarta pada Kamis (22/08/2019).
Dalam orasi berjudul ”Menjadi Periset Berkelas Dunia di Era Industri 4.0” Profesor Irwandi Jaswi menyatakan dengan 220 juta populasi Muslim di Indonesia seharusnya dapat menjadi pemain utama dalam industri halal dunia. “Sertifikasi halal, sungguh pun sangat penting, hendaknya tidak dijadikan fokus utama, namun membangun industri halal itu sendiri yang patut diutamakan untuk membuat Indonesia menjadi pemain utama industri halal dunia,” ujarnya.
Menurutnya, menjadi pemain utama dalam industri halal dunia dapat menjadi harapan besar untuk Indonesia. “Pengembangan sains halal merupakan kata kunci untuk negara merebut peluang ekonomi yang luar biasa besar, US$3,1 triliun,” jelasnya.
Ia menjelaskan seharusnya Indonesia tidak hanya terfokus pada sertifikasi semata dengan melupakan aspek-aspek lain, seperti pembinaan dan litbang. “Sertifikasi seharusnya berjalan seiring dengan misi utama, yakni membangun industri halal yang sesungguhnya yang antara lain melakukan pembinaan kepada industri, mendidik masyarakat melalui kesadaran hala dan tidak ketinggalan melakukan penelitian dan pengembangan,” imbuhnya.
Ada beberapa prioritas yang perlu diperhatikan dalam pengembangan riset sains halal. “Pertama adalah pengembangan metode autentikasi kehalalan makanan yang cepat dan ampuh, termasuk pengembangan metode-metode baru yang lebih sensitif dan bisa dihandalkan untuk menganalisa komponen tidak halal. Kedua, pengembangan bahan-bahan mentah serta bahan tambahan makanan yang terjamin kehalalannya dari sumber lokal,” ujarnya.
Irwandi yang juga sering dipanggil dengan sebutan ”Professor Halal” ini telah mendedikasikan dirinya untuk riset Halal Science selama dua dekade secara berkelanjutan. “Komitmen inilah yang membuat kami dan rekan-rekan satu tim mampu menyelesaikan lebih dari 30 proyek berkaitan halal dalam 20 tahun terakhir,” jelasnya.
Risetnya adalah untuk mendeteksi zat-zat haram dan mengembangkan bahan alternatif untuk pengganti bahan yang tidak halal dalam makanan, obat-obatan, kosmetik, hingga produk jasa. “Pengembangan bahan alternatif, diantaranya pengembangan produk gelatin halal dari berbagai sumber seperti ikan, kambing, dan sapi, kemudian penentuan komponen tidak halal menggunakan Fourier Transfor Infrared Spectroscopy, Gas Chromatography, Differential Scanning Calorimetry, Matrix Assisted Laser Desorption Ionisation-Time of Fligh, Enzyme-Linked Immunosorbent Assay serta pengembangan material nano-gelatin dari limbah unta, dan lain-lain,” jelasnya.
Kontribusi Irwandi di Halal Science telah diakui dunia internasional. Ia berhasil meraih 62 penghargaan ilmiah internasional, termasuk Asia Pacific Young Scientist Award 2010 by SCOPUS, Habibie Award bidang Kedokteran dan Bioteknologi 2013, dan tahun kemarin adalah King Faisal International Prize kategori Service to Islam. Ia merupakan orang Indonesia kedua yang menerima King Faisal Prize, setelah mantan Perdana Menteri Dr Mohammad Natsir, 40 tahun lalu. Dan pertama kali dalam sejarah, kategori ini dimenangkan oleh ilmuwan dari Indonesia. ( jpp)