Indovoices.com –Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Laura Navika Yamani menilai, situasi penularan Covid-19 di Indonesia saat ini masih belum jelas. Artinya, belum dapat dipastikan kapan puncak pandemi dan penambahan kasus positif yang fluktuatif.
“Belum jelas kapan puncaknya, belum jelas berapa penambahan selanjutnya dan belum terlihat kapan akan menurun,” ujar Laura saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (10/9).
Dia mencontohkan, pada Kamis ini penambahan kasus positif Covid-19 mencapai 3.861 kasus.
Penambahan pada hari ini merupakan yang tertinggi selama pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia.
Bukan tidak mungkin, dalam beberapa hari mendatang penambahan kasus harian mencapai 4.000-an kasus.
“Bisa jadi dalam beberapa hari mendatang seperti itu. Kalau kita melihat, kondisi perkembangan Covid-19 di Indonesia masih kabur,” lanjut Laura.
Ke depannya, dia menilai pemerintah perlu melihat hasil dari penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang akan kembali diberlakukan di DKI Jakarta.
Laura mengingatkan, saat ini sekitar satu pertiga kasus positif Covid-19 secara harian disumbangkan oleh DKI Jakarta.
Sehingga, jika PSBB di DKI menunjukkan hasil positif, maka perlu ada evaluasi lanjutan dari pemerintah.
Laura menuturkan, keberhasilan menekan kasus positif di DKI Jakarta juga ikut berpengaruh kepada berhasil atau tidaknya pemerintah menekan laju penularan Covid-19 secara nasional.
“Ke depannya jika berhasil, perlu ada evaluasi yang tentu bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” tambah Laura.
Diberitakan, hingga Kamis (10/90) ini, pemerintah menyatakan bahwa penularan virus corona masih terjadi di masyarakat.
Hal itu menyebabkan kasus Covid-19 di Tanah Air terus bertambah.
Bahkan, penambahan kasus barunya masih dalam jumlah tinggi. Data pemerintah pada Kamis pukul 12.00 WIB memperlihatkan ada penambahan 3.861 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Ini merupakan rekor tertinggi terkait jumlah penambahan kasus Covid-19 dalam sehari.
Penambahan itu menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini tercatat sebesar 207.203 orang, sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.(msn)