Pak Jokowi benar benar harus belajar dari Amien Rais dan Edy Rahmayadi. Hah? Penulis ngawur ini, masak belajar dari orang yang Kontroversial sih? Tidak, saya tidak salah bicara, Tidak selamanya kita harus belajar dari orang sukses seperti Jack Ma, Bill Gates dan setaranya.
Amien Rais sebagai Designer Partai PAN, awalnya mendirikan Partai yang beraroma Terbuka dan Nasionalis, makanya Namanya Amanat Rakyat, tetapi sejak beberapa Pilkada dan Pilpres, nampaknya dia sudah mengarahkan Partainya ke unsur Agamais makanya sering kali keluar statement Setan dan Allah dari bibirnya dalam pengucapan julukan partai bahkan senang sekali meng “Kopar kapir” kan orang dalam Pilkada dan Pilpres. Ketidakmampuan Raihan suara dalam PILEG dan PILPRES seharusnya menjadi pelajaran buat Amien Rais untuk berubah, tetapi dia tidak berubah. Tontonan Viral Lemparan Kursi dan Rebutan Kursi pada Kongres PAN kemarin membuktikan bahwa Amien Rais sudah benar benar dianggap tidak ada, mungkin sudah dianggap sudah berpulang, bahkan Generasinya sekalipun karena tindakan mereka sama sekali tidak menghormati para petinggi petingginya yang hadir di Kongres itu.
Kejadian itu benar benar pelajaran berharga buat Presiden Jokowi dan jajarannya. Desing Kritikan dari Para pendukung Jokowi Maruf dan Relawannya harus benar benar diamati dan diperhatikan Pak Jokowi Maruf Amin, Kita tidak berharap Jokowi akan menjadi Amien Rais dimana kata kata nya tidak dianggap, bahkan Tampangnya sendiri tidak diperdulikan. Itu benar benar menyakitkan jika sampai terjadi.
Denny Siregar dan Birgaldo Sinaga sebagai perwakilan Relawan Militan Pendukung Jokowi maruf Amin sejak jaman Pilpres memberikan kritik perdananya dan itu menjadi Lampu kuning untuk jajaran kepemimpinan Jokowi Maruf Amin untuk berbenah.
Jangan sampai kejadian lagi masalah simple seperti keputusan menolak masuk Kombatan ISIS ex WNI diributkan dan malah dijadikan debat kusir soal term ISIS ex WNI dan WNI ex ISIS. Itu masalah yang simple, ISIS ya ISIS, itu soal Teroris, Case closed, tidak perlu dibahas dan dihubungkan soal HAM. Jika sampai Komnas HAM dan BNPT berpolemik soal HAM dan bisa saja dididik untuk dijadikan warga baik baik, ya Komnas HAM dan BNPTnya saja dicuci bersih otaknya biar lebih cerdas bahwa yang Namanya ideologi Teroris ya tetap saja akan jadi Teroris, mau dia anak Kecil sekalipun. Jika ada yang berpolemik ya dibiarkan saja sampai mereka bosan sendiri.
Intinya kita ingin Pak Jokowi tetap dihargai sebagai Presiden yang tegas dan Pancasilais dan membela Mayoritas rakyatnya bukan membela suara yang hanya ingin mengacak ngacak perdamaian dan niat investasi di Indonesia. Dengan masuknya Teroris ke Indonesia, walaupun dia anak kecil sekalipun, Asing akan berpikir pikir lagi untuk menanamkan investasi di Indonesia karena mereka ingin berbisnis di lahan yang aman damai bukan yang penuh Polemik dan kerusuhan.
Demo #SAVEBABI di Sumatra Utara yang mengkritik Gubernur Sumatra Utara Edy Rahmayadi juga bisa jadi acuan pelajaran untuk Presiden Jokowi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi, Sumatera Utara, Azhar Harahap, membantah kabar Gubernur Sumatera Utarara Edy Rahmayadi mengeluarkan pernyataan akan memusnahkan babi.
“Tidak ada pernyataan gubernur soal stamping out, itu hanya omongan orang tidak bertanggungjawab yang senang membuat masyarakat resah,” kata Azhar, Senin, 11 Februari 2020.
Di Indonesia, kata dia, pemusnahan atau stamping out bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
Azhar mengatakan pemusnahan hanya dilakukan kecuali hewan tersebut terjangkit penyakit zoonosis (berbahaya bagi manusia). Sehingga harus segera diputus penyebaran virusnya.
Apa yang bisa dipelajari disini? Penyuluhan dilakukan setelah Aksi. Ini yang keliru, harusnya Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menerangkan kesimpangsiuran informasi isu bahwa akan ada Pemusnahan Babi di Sumut yang sudah terviral oleh Media Massa dan Broadcasting WAG. Jika dari awal, Gubernur Sumut langsung Press conference meluruskan, maka Demo #SAVEBABI tidak akan terjadi dan tidak ada keresahan disana.
Sama seperti Gubernur Edy Rahmayadi, baik Presiden Jokowi maupun Gubernur Edy Rahmayadi mestinya blusukan ke lokasi sebelum mengeluarkan statement entah penginformasian ke masyarakat bahwa ini Hoax atau penginformasian ke Masyarakat bahwa memang terjadi ketidakadilan dan Pemerintah ada untuk itu. Gubernur Edy Rahmayadi tidak perhatian dengan ternak Babi, dimana telah menjadi bagian dari adat istiadat untuk Masyarakat Batak, mestinya untuk binatang yang sakitpun, Pengobatan adalah solusi yang harus diberikan bukan Pemusnahan, bahkan untuk Babi yang sedang sakitpun. Sama halnya dengan kejadian ini, Presiden Jokowi harus hadir di tengah Masyarakat Minoritas yang sedang disakiti oleh Masyarakat Mayoritas, dimana sebuah Gereja bahkan banyak Gereja gereja yang dipersulit pembangunannya oleh Mayoritas penduduk disana, apapun alasannya, bahkan untuk gereja yang IMBnya sudah ada pun masih saja dipersulit.
Sebagai Pendukung Jokowi Maruf, saya berharap agar Presiden Jokowi mau benar benar bangun dan berubah. Reshuffle Kabinet jika ada Pembantu Presiden yang berjalan di arah jalan yang ngawur, Nasihati mereka jika masih ada harapan, Ganti mereka yang benar benar sudah bebal dan tidak mau mendengarkan masukan dari Pak Presiden. Reshuffle Wakil menterinya yang juga sudah salah langkah dan terlibat dengan isu isu bagian Komisaris Utama, suruh mereka memilih, mau jadi Komisaris Utama BUMN atau mau jadi Wakil Menteri, jangan dua duanya.
Jangan sampai Pak Presiden Jokowi menjadi Amien Rais kedua yang tidak dianggap keberadaannya dan Rakyat menganggap Indonesia sedang AUTO PILOT.
Jangan sampai Pak Presiden Jokowi menjadi Edy Rahmayadi kedua, yang hanya mau mendengarkan selentingan saja dan menjawabnya dengan sesuka hati tanpa mengindahkan Kultur setempat dan hanya klarifikasi setelah ada Aksi Protest, Jangan sampai Nasihat menjadi kritik keras dan Kritik keras berubah menjadi kecaman.
Seorang Anak Kecilpun bisa berubah setelah mendengar nasihat dari Orang tua nya, Rakyat memang bukan Orang tua Presiden, tetapi Nasihat Rakyat adalah bagian kasih sayang kepada pemimpinnya dan itu yang menjadi tugas buat Presiden yang katanya merakyat untuk mendengarkan.