Indovoices.com- Balai Besar Industri Agro (BBIA), salah satu unit litbang milik Kementerian Perindustrian yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, kian fokus terhadap pengembangan daya saing industri makanan dan minuman. Hal ini sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 yang telah memilih industri makanan dan minuman menjadi satu dari lima sektor manufaktur prioritas yang diandalkan dalam memasuki industri 4.0.
“BBIA ini memang fokusnya di industri pangan. Apalagi, Indonesia berpenduduk sangat besar, sehingga makanan merupakan hal yang utama,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara pada peringatan 100 tahun BBIA di Bogor.
Dalam rangkaian kegiatan yang bertajuk “Satu Abad BBIA Berkarya” tersebut, juga diluncurkan Mocaf 4.0. Ini sebagai momentum dan satu tonggak sejarah bagi BBIA Bogor dalam memperkenalkan teknologi berbasis industri 4.0 untuk sektor agro.
“Mocaf 4.0 merupakan showcase dalam bentuk suatu lini percontohan dalam penerapan industri 4.0 untuk pembuatan tepung mocaf,” jelas Ngakan. Mocaf atau modified cassava flour adalah produk tepung dari ubi kayu yang diproses dengan cara memodifikasi sel ubi kayu melalui fermentasi.
Penerapan teknologi industri 4.0, membuat waktu yang dibutuhkan untuk prosesnya dapat dipangkas sehingga semakin efisien dan dapat dipantau secara real time. Bahkan, bahan baku hingga produk jadinya menjadi relatif lebih higienis.
“Jadi, showcase Mocaf 4.0 ini merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak daya saing industri makanan di dalam negeri karena industri makanan dan minuman merupakan salah satu andalan dalam kelompok sektor manufaktur nasional,” paparnya.
Hal itu terlihat dari capaian pada triwulan II tahun 2019, industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,99%. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi yang tercatat mencapai 5,05% di periode yang sama. Di samping itu, industri makanan menjadi penyetor terbesar terhadap nilai ekspor nasional yang mampu menembus hingga USD12,36 miliar sepanjang semester I-2019.
Sebelumnya, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (IDEF) Enny Sri Hartati menilai tepung mocaf dapat mendorong daya saing industri makanan di dalam negeri. “Jika upaya itu banyak dibina di kawasan, maka akan cukup besar potensinya. Asumsinya, satu kawasan sekian ton, tinggal dikalikan saja berapa kawasan bisa dikloning menjadi bisnis model tersebut,” jelasnya.
Enny menambahkan, tepung mocaf dapat menjadi substitusi terigu impor. Sebab, terigu menjadi kebutuhan bahan baku utama di sebagian banyak industri makanan yang berbasis tepung. Selain itu, terigu banyak variasi yang dapat dijadikan alternatif untuk produk lainnya.
Apresiasi BBIA Bogor Pada kesempatan tersebut, Kepala BPPI Kemenperin memberikan apresiasi kepada BBIA Bogor selaku unit litbang Kemenperin yang terus berbenah dengan melakukan berbagai perbaikan di segala sektor, termasuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global di era digital.
“Semakin tua umur balai ini, kami berharap pelayanannya semakin optimal dan ada transfer knowledge berjalan dengan baik,” ujar Ngakan. Selain itu diharapkan dapat menjalin kemitraan dengan stakeholder, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Selain kegiatan litbang, BBIA Bogor telah berkiprah sebagai lembaga jasa pelayanan teknis seperti pengujian, kalibrasi, sertifikasi, uji profisiensi, pelatihan, konsultansi teknis, inspeksi teknis, kerja sama litbang serta rancang bangun dan perekayasaan industri.
Saat ini, ruang lingkup pengujian BBIA yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) mencapai 195 komoditas dan lebih dari 300 parameter uji. “Laboratorium BBIA merupakan laboratorium rujukan dan andalan dalam mendukung industri pangan nasional,” ungkapnya.
Pada acara peringatan 100 tahun BBIA Bogor, juga diluncurkan buku dengan judul “Satu Abad BBIA Berkarya”. Di samping itu, dilaksanakan peresmian gedung pengembangan laboratorium pengujian dan kalibrasi, serta peresmian Seruni Lounge dan peresmian logo BBIA.
“Buku ini merupakan persembahan BBIA untuk Indonesia terkait dengan perjalanan BBIA dari masa ke masa sampai tahun 2019 dan pengembangan BBIA di masa depan,” tutur Ngakan. Selanjutnya, dilakukan pula pitching day yang menampilkan hasil penelitian dan pengembangan BBIA dengan tema Kit Alergen, Mocaf, Desiccated Coconut, Virgin Coconut Oil, Rekayasa Penggorengan Double Layer serta jasa pelayanan teknis BBIA.
Acara tersebut dihadiri sekitar 200 undangan yang terdiri dari kementerian terkait, kalangan industri, pelanggan BBIA, civitas akademika, asosiasi industri, lembaga atau instansi terkait, serta pemerintah daerah. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menjalin komunikasi yang efektif di bidang industri agro dan sebagai sarana untuk membangun jejaring antar berbagai pemangku kepentingan. (jpp)