Indovoices.com -Penyebab radikalisme sangatlah kompleks. Mulai dari persoalan ekonomi, kesenjangan sosial, ketidakpuasan, dan juga ketidakadilan. Dalam hal itu, agama sering dikorbankan, dimanipulasi, dan dieksploitasi untuk sampaikan pesan-pesan yang tidak betul. Bersyukur Indonesia memiliki infrastruktur sosial yang kuat untuk menangkal ideologi radikal.
Demikian disampaikan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin, dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang berlangsung di Ruang Serbaguna Roeslan Abdulgani, Kemenkominfo, Jakarta, dengan tema “Mengedepankan Strategi Deradikalisasi”.
“Saat ini, tanggung jawab penguatan pemahaman keagamaan bukan eksklusif dimiliki oleh kementerian. Tapi oleh semua elemen bangsa demi menguatkan pemahaman keagamaan. Tidak bisa dilakukan secara sporadis, tapi harus bersinambung, terstruktur, masif, dan jangka panjang,” katanya.
Karena kalau pemahaman agama lemah, Amin mengatakan, maka akan muda dipengaruhi oleh ideologi-ideologi lain. Dalam hal itulah, sambung dia, Kemenag aktif menyebarkan pemahaman agama yang moderat. Diketahui, Amin mengatakan, Indonesia memang merupakan negara yang sangat plural. Namun terbukti, sambung dia, bangsa ini bisa merawat kebinekaannya.
“Itu karena Indonesia punya infrastruktur sosial yang kiat. Seperti NU dan Muhammadiyah yang moderat, bukan yang radikal. Kita juga punya ormas mainstream yang moderat. Alhasil, Indonesia tidak mudah dimasuki oleh ideologi radikalisme,” katanya.
Walau begitu, Amin mengatakan, kewaspadaan tetap harus ada dengan melakukan langah-langkah antisipatif. Sebab di satu sisi, kondisi bangsa yang sangat plural, mengandung potensi konflik. “Tapi ya karena infrasftruktur sosial yang sangat kokoh, radikalisme bisa dihalau. Walau negara kepulauan dan majemuk, kta masih bisa bertahan,” tuturnya.
Hadir pula dalam diskusi tersebut narasumber lain yakni Dirjen Kewaspadaan Nasional Kemendagri Akbar Ali.(jpp)