Indovoices.com-Dampak merebaknya virus corona kian dalam menggerogoti perekonomian Indonesia. Tak hanya di sektor ekonomi makro, wabah tersebut telah membuat ekonomi sampai ke sektor terkecil seperti UMKM dan masyarakat berpendapatan harian ikut terpuruk.
Melonjaknya penderita COVID-19 ini di Indonesia semakin menguatkan kekhawatiran masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah. Kantor-kantor sepi, orang-orang sebisa mungkin mengurangi kegiatan di tempat ramai, sejalan dengan imbauan untuk Work From Home (WFH) dan social distancing.
Akibatnya, puluhan ribu Warung Tegal atau yang lebih dikenal dengan sebutan warteg, kehilangan omzet. Hal itu kemudian menyebabkan mereka terpaksa gulung tikar.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, setidaknya sejak virus corona merebak hingga saat ini, sebanyak 25 persen dari 40 ribu warteg yang tersebar di Jabodetabek memilih tutup. Artinya, sudah ada 10 ribu warteg yang gulung tikar dalam rentang waktu tersebut.
“Dari data paguyuban-paguyuban, warteg kurang lebih 40 ribuan (di Jabodetabek). Hitung-hitung kadar 25 persen dari total jumlah semua warteg (tutup),” jelas Mukroni.
Mukroni mengamini, makin menggilanya penyebaran virus corona jadi faktor utama warung makan asal Tegal itu banyak yang akhirnya tutup. Sebab pendapatan mereka saat ini tergerus hingga 90 persen.
Mengantisipasi hal tersebut, kata Mukroni, Kowantara bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuat program ‘Operasi Makan Gratis Bersama 1.000 Warteg di Jabodetabek’. Sambil menyelam minum air, program itu menurutnya bertujuan untuk membuka pendapatan bagi para pengusaha warteg sembari menyelamatkan kebutuhan makan masyarakat yang kehilangan penghasilan karena virus corona.
Saat ini untuk tahap awal, mereka menggandeng 50 warteg untuk bekerja sama. Dari jumlah itu, Mukroni bercerita bahkan ada warung yang baru saja berniat tutup saat mereka sambangi.
“Kemarin ketika mau mendatangi salah satu warteg yang akan dipasang, rencana ia sudah mau pulang, Alhamdulillah adanya ini mereka bisa dagang. Program ACT-KOWANTARA program warteg Gratis untuk masyarakat marginal, sopir, ojol, dan pekerja serabutan dan harian,” jelasnya.
Ia optimistis program tersebut dapat menahan agar warteg yang gulung tikar tak semakin banyak. Setidaknya untuk tetap beroperasional dan menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawan.
“Mereka terbantu karena ada kepastian pendapatan. Paling tidak ada pemasukan bagi warteg untuk modal dan gaji asisten warteg,” pungkasnya. (msn)