Indovoices.com-Natal itu saya maknai sebagai memerdekakan manusia dari belenggu dosa. Manusia yang telah kehilangan kemuliaannya ditebus dengan cara Allah menjelma menjadi manusia. Yesus lahir untuk menyelamatkan manusia dari keterikatan dosa. Bagi yang percaya Yesus, dia diselamatkan.
Sejak kuliah, saya senang bergulat dalam pemikiran. Senang membuat pertanyaan. Salah satu pertanyaan di benak saya yang cukup lama ada jawaban adalah apakah asuransi itu penting bagi yang percaya pertolongan Tuhan?. Apakah asuransi bisa menggantikan pengharapan kita kepada Tuhan?.
Jika kita percaya, pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Kalau kita percaya pertolongan Tuhan tepat waktunya, kenapa kita mengasuransikan jiwa dan masa depan kita dengan asuransi?. Pertolongan Tuhan itu abadi. Jadi, asuransi bisa mengganggu pengharapan kita kepada Tuhan. Cukup lama pergulatan ini dalam benak saya ketika muda.
Ketika saya menikah, saya mendengar penjelasan istri saya soal asuransi. Jujur saja, saya suka sama dia karena pintarnya. Katanya, asuransi itu adalah lembaga meminimalisasi resiko. Prinsip asuransi itu berbagi resiko. Berbagi resiko itu Alkitabiah. Penjelasan itu masuk di akalku. Karena masuk akalku penjelasan itu, maka tidak saya larang kami ikut asuransi. Walaupun, saya tidak tertarik. Bagi saya, Tuhan menolong tepat pada waktunya. Hal itu saya imani dan sudah saya terima dari Tuhan.
Dalam perjalanan hidup rumah tangga kami, cukup banyak asuransi. Bahkan istri saya pernah bercanda, “kalau aku meninggal, cukup biaya nikahmu lagi”. Saya tertawa mendengar candaan itu. Ada ada saja istriku ini.
Asuransi yang diikuti cukup banyak karena agen asuransi teman-teman. Teman SD hingga teman persekutuan. Ngak enak menolak, iya ikut saja. Saya tetap tidak begitu tertarik. Tetapi, istri saya sangat optimis bahwa asuransi sangat penting dalam hidup ini.
Di penghujung tahun ini kita mendengar dua raksasa asuransi bermasalah. Satu BUMN dan satu lagi swasta. Asuransi yang sudah sangat lama. Track recordnya (rekam jejaknya) sudah teruji. Tetapi mengapa terancam tenggelam?. Bukankah dua asuransi itu sudah teruji oleh waktu?.
Dalam tulisan ini, pesan yang hendak saya sampaikan adalah agar kita kembali ke makna Natal yang sejati. Tidak ada yang tidak beresiko dalam hidup ini. Tidak ada lembaga yang layak kita andalkan di dunia ini. Hal yang abadi adalah keyakinan kita akan pertolongan Tuhan.
Ketika kita percaya dan ketergantungan kita kepada dunia ini kita akan kecewa. Kita sudah mendengar betapa kecewanya dan kuatirnya nasabah dua lembaga asuransi raksasa itu. Ada yang seharusnya kuliah anaknya dibayar asuransi, tetapi tidak bisa karena asuransi bermasalah. Bisa bayangkan, jika ada yang hendak dioperasi.
Bisa kita bayangkan penderitaan agen asuransi yang membawa keluarganya. Keluarga tentu menuntut, bukan?. Hubungan kekeluargaan bisa terganggu. Karena tidak sesuai dengan informasi ketika agen mengajak mengikuti asuransi. Keluarga dan pertemanan bisa terganggu karena kasus asuransi itu.
Jika kita berkeyakinan penuh dan berharap kepada Tuhan maka semua itu bisa kita atasi. Karena itu, keyakinan kita secara total kepada Tuhan harus menjadi yang utama.
Bisa atau tidak, bagus atau tidak mengikuti asuransi adalah perdebatan yang dinamis. Tetapi mengharap dan pasrah akan pertolongan Tuhan adalah mutlak. Di Natal ini, kita kembali ke makna Natal yang sejati.
Selamat Natal.
#gurmanpunyacerita.