Indovoices.com –Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengaku kesal dengan banyaknya investasi asing yang masuk ke Indonesia. Menurutnya, Malaysia kini jauh tertinggal karena perusahaan Google, Temasek, Amazon, hingga Tesla lebih melirik Indonesia.
Dalam unggahan di Facebook miliknya, Najib yang dipidana 12 tahun penjara dalam kasus skandal korupsi 1MDB (Malaysia Development Berhad), menyebut Malaysia kini tak lagi jadi negara tujuan investasi dunia.
Padahal bekas pemimpin Barisan Nasional (BN), koalisi partai yang pernah berkuasa di Malaysia, ini mengeklaim negaranya pernah punya potensi pertumbuhan tinggi di Asia.
Benarkah Google, Amazon, hingga Tesla sudah berinvestasi di Indonesia seperti yang dibilang Najib?
Investasi Google, Facebook, dan Tencent ke Indonesia Berupa Suntikan Modal
Berdasarkan catatan kumparan, perusahaan teknologi raksasa Google disebut telah berinvestasi di Indonesia. Salah satunya ke Gojek pada 2018 berupa suntikan modal.
Google tidak menyebutkan dengan pasti nilai investasi yang disuntikkan ke Gojek. Namun, dua sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Google menginvestasikan USD 100 juta atau sekitar Rp 1,35 triliun ke perusahaan aplikasi tersebut.
“Pendanaan tersebut memperdalam komitmen Google terhadap ekonomi digital Indonesia,” ujar Vice President Google Caesar Sengupta dalam blognya dikutip independent.co.uk pada 2018 lalu.
Tak hanya Google, sejumlah perusahaan asing lainnya juga menyuntikkan dana ke Gojek. Mulai dari Facebook hingga Paypal. Sedangkan Tencent kembali menambah modalnya pada Gojek bersama Google.
Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo, mengatakan bahwa bergabungnya Facebook dan PayPal sebagai investor, menyusul Google dan Tencent, mendukung Gojek dalam misi mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.
“Dengan bekerja sama, kami memiliki kesempatan untuk mencapai sesuatu yang betul-betul unik, seiring dengan upaya kami mendukung lebih banyak digitalisasi di dunia usaha dan memastikan jutaan pelanggan mendapat manfaat dari ekonomi digital,” ujar Andre dalam keterangan resmi pada Juni 2020.
Tesla Belum Resmi Parkir Uangnya di Indonesia
Perusahaan lainnya yang disebutkan Najib lebih memilih Indonesia ketimbang Malaysia untuk memarkirkan uang mereka adalah Tesla. Tapi, berdasarkan fact check kumparan, perusahaan ini belum resmi menyuntikkan modalnya, masih sebatas penjajakan.
Misalnya Tesla yang beberapa hari ini ramai dibicarakan di dalam negeri, nyatanya belum ada perjanjian apa-apa dengan Indonesia. Baru sebatas Presiden Jokowi didampingi Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan menelepon CEO Tesla, Elon Musk, untuk mengajaknya berinvestasi di Indonesia.
“Kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai industri mobil listrik dan komponen utama baterai listrik. Selain itu, Presiden RI Joko Widodo juga mengajak Tesla untuk melihat Indonesia sebagai launching pad Space X,” kata Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi seperti dikutip dari Antara, Sabtu (12/12).
Jodi menambahkan, Elon Musk pun menanggapi positif tawaran Presiden Jokowi. Elon Musk berencana mengirimkan timnya ke Indonesia pada Januari 2021 untuk menjajaki semua peluang kerja sama tersebut.
Belum Ada Pernyataan Resmi Amazon Suntik Dana ke Indonesia
Pada tahun lalu, perusahaan teknologi milik Jeff Bezos, Amazon, dilaporkan sedang melakukan pendekatan dengan penyedia layanan transportasi online, Gojek. Kabarnya kedua perusahaan sedang dalam tahap diskusi kerja sama, yang akan memperluas layanan Amazon di Asia Tenggara dan juga Indonesia.
Sebelumnya, telah ramai pemberitaan Amazon akan berinvestasi di Indonesia. Kabar ini pernah diutarakan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada September 2018, yang menyebutkan Amazon tertarik berinvestasi di Indonesia sebab memiliki pasar yang potensial.
Sri Mulyani mengungkapkan, besaran investasi yang akan ditanam oleh perusahaan milik orang terkaya di dunia ini sebesar USD 1 miliar atau Rp 14,8 triliun. Namun investasi itu akan digelontorkan selama 10 tahun, tidak dalam satu waktu sekaligus.
Tapi hingga kini, dari pihak pemerintah, Gojek Indonesia, hingga Amazon, belum pernah menyatakan resmi menyuntikkan dananya ke Indonesia.
Tingkat Kemudahan Berusaha Indonesia Jauh di Bawah Malaysia
Tingkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) menjadi salah satu indikator iklim investasi di suatu negara. Survei ini biasa dilakukan setiap tahun oleh World Bank Group atau Bank Dunia.
Berdasarkan rilis EoDB 2020 WBG tahun lalu, tingkat kemudahan berusaha Malaysia menduduki peringkat ke-12 dunia dari 190 negara yang disurvei. Sedangkan posisi Indonesia jauh di bawah Malaysia, yakni berada di urutan ke-73.
Peringkat kemudahan berusaha yang didapat Indonesia tidak berubah dari laporan EoDB 2019, yakni masih tetap di peringkat 73. Akan tetapi, skornya naik tipis dari dari 67,96 pada 2019 menjadi 69,6 tahun ini menunjukkan adanya perbaikan yang dilakukan Indonesia.
Beberapa perbaikan untuk kemudahan berusaha yang dilakukan Indonesia adalah proses memulai bisnis, perpajakan, akses listrik di beberapa kota industri, hingga perdagangan lintas batas.
“Indonesia mempermudah proses untuk memulai suatu bisnis dengan memperkenalkan platform online untuk lisensi bisnis. Kemudian, mengganti sertifikat cetak dengan sertifikat elektronik, ” tulis laporan Bank Dunia tahun lalu.(msn)