Indovoices.com-Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy membeberkan strartegi pemerintah dalam menangani pandemi virus corona (Covid-19). Strategi ini ia sebut sebagai senjata trisula.
“Strategi pemerintah yang telah ditetapkan. Pemerintah sejak awal tetapkan ada tiga ujung tombak untuk atasi Covid-19. Saya ibaratkan senjata trisula,” kata Muhadjir saat memberikan keterangan pers yang disiarkan langsung di Youtube Sekretariat Presiden.
Dia menerangkan, tombak bagian tengah langsung berhadapan dengan upaya penyelesaian masalah darurat kesehatan yakni cara membatasi penularan dan memperkecil penyebaran.
Menurutnya, penanggung jawab dalam mengatasi hal ini adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Dalam hal ini, kata dia, BNPB ditugaskan untuk memberikan dukungan fasilitas berupa sarana prasarana, sedangkan Kemenkes bertanggung jawab melakukan penulusuran kontak atau tracing, kemudian perawatan dan pengobatan.
“Tombak utama adalah tengah, langsung berhadapan dengan wabah Covid-19. Karena itu sektor tengah ini menangani darurat langsung, tangani darurat kesehatan yakni bagaimana mengatasi dan membatasi penularan, perkecil penyebaran dan percepatan penyelesaian Covid-19. Ujung tombaknya di sektor kesehatan,” ujarnya.
Muhadjir melanjutkan, ujung tombak lainnya adalah jaring pengaman sosial yaitu mengatasi darurat sosial kemasyarakatan sebagai dampak Covid-19.
Di sini, kata dia, Kementerian Sosial serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjadi ujung tombak.
Dia berkata bahwa Kemenko PMK lebih memerhatikan sektor jaring pengaman sosial. Pasalnya, kata Muhadjir, penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah harus langsung disusul dengan pemberian bantuan sosial kepada masyarakat yang sangat membutuhkan.
Ujung tombak terakhir, katanya, survivabilitas ekonomi, yang merupakan domain Menko Perkenomian. Menurut Muhadjir, pemerintah saat ini lebih banyak berupaya bagaimana kondisi ekonomi bisa bertahan untuk sekadar hidup.
“Survival saja. Kita tahu dunia dan Indonesia masuk ke dalam hibernitas ekonomi, hibernasi ekonomi,” katanya.
Muhadjir membayangkan situasi ekonomi saat ini seperti beruang kutub yang memasuki musim dingin. Untuk bertahan hidup, dia harus menghemat energi, memperlambat detak jantung, dan menurunkan serendah mungkin panas tubuhnya.
“Supaya dia bisa bertahan hidup, tidak mati, sehingga dia bisa bangkit lagi setelah musim dingin berlalu. Itu kondisi dunia seperti yang dikatakan Scott Morrison dalam OECD,” imbuhnya.(cnn)