Indovoices.com –Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudimengkonfirmasi kunjungan kerja Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Jakarta. Retno mengaku sudah melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat yang baru untuk Indonesia, Sung Kim, guna membicarakan perihal kunjungan ini, yang akan dilakukan pekan depan.
“Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Pompeo) nanti akan bertemu dengan Gerakan Pemuda Anshor (organisasi nirlaba),” kata Retno, dalam sebuah jumpa pers Kamis, 22 Oktober 2020.
Menurut Retno, Amerika Serikat adalah mitra penting dan Indonesia ingin membangun kemitraan yang saling menghargai dan kokoh dengan Amerika Serikat. Hal ini sebelumnya sudah terlihat dari sikap saling kunjung pejabat antar kedua negara, termasuk dalam kondisi pandemi.
Sebelumnya pada 15 – 19 Oktober 2020, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat.
“Saya yakin pembicaraan saya dengan Pompeo akan berjalan baik dan memperkokoh hubungan Indonesia – Amerika Serikat,” kata Retno.
Selain Indonesia, Pompeo juga dalam lawatannya 25 – 30 Oktober 2020, akan melakukan kunjungan kerja ke India, Sri Lanka dan Maldives. Dalam situs state.gov dijelaskan kunjungan Pompeo ke Indonesia untuk menegaskan visi kedua negara tentang Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Sementara itu, Suzie Sudarma, dosen studi Amerika dari Universitas Indonesia, mengatakan kunjungan Pompeo ke Indonesia bisa jadi membawa misi untuk memperlihatkan ke publik kalau Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih anti-Cina. Sebelumnya, ASEAN dan negara-negara lain telah diminta agar tidak bergantung ke Cina.
“Trump masih teguh anti-Cina. Cina dianggap sebagai penyebab kemiskinan di Amerika Serikat. Trump membutuhkan dorongan,” kata Suzie kepada Tempo.
Menurut Suzie, kunjungan kerja Pompeo ini juga lebih karena momen pemilu. Rencananya pemilu Presiden Amerika Serikat akan dilakukan pada 3 November 2020 mendatang.
“Tidak ada yang krusial (kunjungan Pompeo). Tujuannya untuk memberi kesan konsisten anti-Cina. Pompeo memanfaatkan momen yang terbatas ini,” kata Suzie.
Hampir sama dengan Suzie, Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, menilai kemungkinan besar (kunjungan Pompeo) ini terkait kekhawatiran Amerika Serikat terhadap Indonesia yang dianggap terlalu dekat dengan Cina.
Menurut Hikmahanto, (kunjungan Pompeo) itu menjadi pertanyaan di masa pandemi Covid-19 ini dan mendekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden Amerika Serikat. Mengapa para pejabat Amerika Serikat intens berhubungan dengan para mitranya di Indonesia.
Belakangan ini Cina sangat agresif di Laut China Selatan, bahkan dengan kekuatan ekonominya dan penemuan vaksin telah mengembangkan pengaruh di negara-negara kawasan.
Agresivitas ekonomi Cina bahkan menurut buku putih Departemen Pertahanan Amerika Serikat memungkinkan Cina meminta sejumlah negara untuk membangun pangkalan militer, termasuk Indonesia.
“Amerika Serikat tentunya berharap Indonesia berada di belakangnya. Permintaan Amerika Serikat untuk mendaratkan pesawat tempur mata- mata dapat diartikan demikian,” kata Hikmahanto dalam keterangan tertulis.
Pada bagian lain, Gracia Hilman, CEO dari G.M. Hillman & Associates, Inc dan Direktur Smartmatic di Amerika Serikat, mengatakan dalam pemilu Amerika Serikat ini semua pihak ingin memenangkannya. Bagi masyarakat Amerika Serikat, pemilu ini pun sangat penting dan mereka bisa memberikan hak suara mereka.
“Ini tanggung jawab seluruh masyarakat Amerika Serikat. Banyak emosi yang bakal terlibat dalam pemilu nanti,” kata Hilman, Kamis malam, 22 Oktober 2020.
Dia menegaskan nasib pemerintahan Trump ada di tangan masyarakat Amerika Serikat, yang punya hak memberikan suara.(msn)