Indovoices.com –Pemerintah Kota Madiun menggelar rapid test massal bagi guru dan siswa menyusul diberlakukannya uji coba kegiatan belajar dan mengajar (KBM) tetap muka mulai Senin (9/11/2020).
Kepala Dinas Pendidikan Kota Madiun, Heri Wasana, mengatakan, tahap pertama KBM tatap muka terdiri 20 sekolah yang terdiri dari delapan SMPN dan 12 SDN.
Hanya saja, pembelajaran tatap muka sementara diberlakukan bagi kelas VI SD dan IX SMP.
“Jadi, seluruh murid dan guru yang akan mengikuti pembelajaran tatap muka menjalani rapid test. Jumlah totalnya sekitar 4000-an,” ujar Heri, disela-sela peninjauan rapid test di SMPN 2 Kota Madiun.
Menurut Heri, pelaksanaan rapid test untuk para murid dan guru mulai dilakukan Kamis (5/11/2020) di sekolah masing-masing.
Tak hanya itu guru dan murid, seluruh karyawan di sekolah yang menggelar KBM tatap muka wajib menjalani rapid test.
Heri menuturkan, tindakan rapid test seluruh guru, murid dan karyawan sekolah sebagai bentuk deteksi awal terkait kondisi orang yang terlibat dalam KBM tatapi muka selama pandemi Covid-19.
“Siswa juga di-rapid test karena pembawa itu tidak hanya pada guru. Siswa pun juga begitu. Bisa jadi mobilitas orangtua atau keluarganya bisa menjadi penyebab penularan,” kata Heri.
Untuk pelaksanaan rapid test rencananya akan berlangsung hingga akhir November.
Bagi sekolah yang seluruh murid dan gurunya telah menjalani rapid test dengan hasil non-reaktif diperbolehkan membuka pembelajaran tatap muka.
Ia menambahkan, sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka, Disdik Kota Madiun sudah membuat survei terkait rencana KBM tatap muka.
Hasilnya, 80 persen wali murid setuju dengan rencana KBM tatap muka.
Kepala SMPN 2 Kota Madiun, Suyatmun, menuturkan, jumlah siswa yang menjalani rapid test sebanyak 269 anak.
Rapid test diberlakukan untuk persiapan uji coba pembelajaran tatap muka pada Senin depan.
Ia mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan seluruh sarana KBM tatap muka di tengah pandemi dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Beberapa hal yang diperhatikan yakni penataan jarak kursi hingga penyedian hand sanitizer.
Untuk model pembelajarannya dibagi menjadi dua sesi setiap kelasnya.
“Semisal di kelas ada 30 siswa maka pekan ini 15 anak yang masuk. Sisanya gentian pekan depan yang masuk,” ujar Suyatmun.(msn)