Indovoices.com –Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 siang tadi, tepat pada pukul 11.00 WIB melalui Youtube BPS Statistics.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto berharap, pertumbuhan ekonomi RI kuartal III 2020 akan lebih baik dibanding kuartal II 2020, yang notabene adalah posisi terendah.
“Kita berharap di kuartal III 2020 akan lebih baik dibanding kuartal II, sehingga secara tren kita masuk dalam tren positif meski pertumbuhan masih negatif,” kata Airlangga dalam Seminar Transformasi Ekonomi Universitas Islam Bandung secara virtual, Kamis (5/11/2020).
Menurut Airlangga, harapan ekonomi menuju tren positif ada karena saat ini ekonomi mulai mengalami pemulihan, meski sempat menurun kembali saat PSBB jilid II dilakukan.
Dia merinci, Volatility Index (VIX) sudah membaik pada Oktober 2020 di angka 35,35. Purchasing Manager Index (PMI) sudah berada di angka 47,80, meski pada awal tahun 2020 masih lebih tinggi di level 50.
“Demikian pula dengan penjualan kendaraan/Otomotif, baik motor atau mobil, di mana sebelumnya turun dalam. Ritel menbaik, konsumen membaik, ada kenaikan impor barang modal maupun bahan baku penolong yang menunjukkan industri mulai beroperasi,” ucap Airlangga.
Dari sisi pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada di level 5.105 pada tanggal 4 November 2020, setelah pada Januari lalu berada di level 6.000.
Secara sektoral, beberapa industri mulai tumbuh dobel digit. Industri konsumsi tumbuh 29,70 persen dari periode 24 Maret hingga 4 November 2020, industri pertambangan tumbuh 30,16 persen.
Kemudian industri keuangan tumbuh 34,17 persen, industri dasar 48,57 persen, industri pertanian 40,54 persen, dan perdagangan 18,40 persen.
“Nilai tukar rupiah terhadap dollar sudah Rp 14.500. Yield (imbal hasil) obligasi pemerintah turun, yang artinya kita dianggap risk-nya (risiko) menurun,” tuturnya.
Selanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia bisa saja lebih cepat dibanding beberapa negara, yang mengalami pertumbuhan ekonomi lebih negatif. Tercatat Malaysia sempat mengalami kontraksi -17 persen, Singapura -13 persen, Filipina -16 persen, bahkan India -23,9 persen.(msn)