Indovoices.com –Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan hasil investigasi insiden pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hingga Senin, 11 Januari 2021. Mesin pesawat diduga masih bekerja sesaat sebelum insiden terjadi.
“Kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” kata Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, dalam keterangan tertulis, Selasa, 12 Januari 2021.
Soerjanto mengatakan KNKT mengumpulkan data radar (ADS-B) dari AirNav Indonesia. Data itu mencatat pesawat mengudara pukul 14.36 WIB dan terbang menuju arah barat laut.
Pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki pada pukul 14.40 WIB. Namun, ketinggian pesawat terus menurun dan data terakhir mencatat ketinggian 250 kaki.
“Mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data,” papar Soerjanto.
Dugaan tersebut diperkuat data lapangan dari KRI Rigel. Data menggambarkan sebaran wreckage (serpihan) dengan lebar 100 meter dan panjang hingga 400 meter.
“Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” terang Soerjanto.
Temuan lainnya berupa bagian pesawat yang dikumpulkan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Salah satunya bagian turbine disc dengan fan blade yang rusak.
“Ini menunjukkan kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan,” tegas dia.
Pesawat Sriwijaya Air dengan call sign SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pukul 14.40 WIB, Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat berjenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK CLC itu lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pukul 14.36 WIB.
Posisi terakhir pesawat itu berada di 11 mil laut utara Bandara Soetta, tepatnya di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pesawat tercatat hendak menambah ketinggian dari 11 ribu ke 13 ribu kaki. Pesawat mengangkut 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang dan 12 kru.(msn)