Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memobilisasi sejumlah alat berat, baik yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) maupun yang ada di daerah lain untuk secepatnya menangani kerusakan infrastruktur akibat gempa yang mengguncang wilayah Lombok dan sekitarnya, Minggu (5/8) malam lalu.
“Yang kemarin ini memang agak lebih parah. Jadi dari Ampenan, Senggigi, Pemenang, sampai Tanjung itu semua kena. Malam, gelap, orang pergi semua dari situ karena (dekat) pantai, karena mungkin beliau takut tsunami,” ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang tadi malam baru meninjau NTB kepada wartawan usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (7/8) siang.
Menurut Basuki, ada beberapa jembatan yang harus diperbaiki, kemudian air juga sangat sulit di situ. Tapi Kementerian PUPR, lanjut Basuki, sudah mulai mengebor hari ini.
“Ada beberapa sumur bor yang ada kita manfaatkan, kemudian sanitasi sudah mulai dikirim, tadi sore sudah sampai di Bali karena kita kirim dari Bali dan dari Surabaya,” terang Basuki.
Mengenai pergerakan alat berat, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengemukakan, pihaknya menyiapkan semua peralatan beratnya, eskavator sudah mulai datang ke sana.
Selain itu, Kementerian PUPR juga sudah memanggil beberapa kontraktor di NTB yang ada untuk meminjam eskavator. “Kita manfaatkan dam truk dan eskavator yang ada di sana, BUMN juga ada disana, ada Hutama Karya, ada Nindya Karya yang sedang mengerjakan bendungan, bandara, jalan, kita fokuskan minta ke sana,” kata Basuki.
Menteri PUPR itu menargetkan alat berat yang dikirimkan akan bisa sampai di lokasi-lokasi yang dibutuhkan di NTB pada hari ini, karena walaupun ada jembatan yang bukan putus tapi bergeser yang harus kita perbaiki, tapi ada jalan alternatifnya. “Jadi semua alat berat bisa sampai ke lapangan,” ujarnya.
Prioritas Air dan Sanitasi
Namun Basuki menegaskan, pertama kali yang harus disiapkan adalah soal air dan sanitasi. “Ini orang 1,2 hari masih diam. 3 hari enggak ada sanitasi, enggak ada air, pasti rebut,” ucapnya.
Dijelaskan Basuki, jika di Lombok ada sumur, air tanah banyak di sana, di Lombok Utara. “Saya survei di sana ya, bukan kemarin tapi kami dari pengairan kan, saya dari pengairan dulu. Jadi di Lombok Utara itu banyak air jadi masih bisa dengan sumur bor. Kalau sumber air, saya kira masih ada, tinggal kita mendekatkan ke para pengungsi,” ungkap Basuki.
Adapun mengenai rumah-rumah warga yang rusak, Menteri PUPR Basuki Hadimujono mengemukakan, di Lombok Utara yang bekerja hanya Sekda (Sekretaris Daerah), untuk daerah di pesisir itu ada 29.000 jiwa.
“29.000 Jiwa kalau 1 KK itu 5 orang itu berarti berapa? 5.000-4.000 KK. Kalau 70 persen saja itu rusak berat, berarti sudah ada 3.000-4.000 rumah. Itu baru diperkirakan kasar. Nah ini nanti policy-nya apakah semua Rp50 juta itu masih akan diputuskan, dan itu dihitung dulu. (DNA/ES)