Indovoices.com –Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan pihaknya terus mendorong ketersediaan pangan di era normal baru. Salah satunya dengan cara menyiapkan pangan lokal yang meliputi ubi kayu, ubi jalar, talas, jagung, sagu, pisang, kentang, porang, dan sorgum untuk mengantisipasi kekurangan bahan makanan seperti beras.
“Konsentrasi pemerintah mendorong untuk melakukan diversifikasi pangan lokal, kalau-kalau ada masalah ketersediaan pangan kita,” kata Syahrul.
Menurut mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu, persediaan bahan makanan lokal itu berguna untuk menguatkan masalah pangan di Indonesia di pandemi Covid-19. “Tentu saja ini untuk menguatkan ke depan bahwa kenyang itu bukan harus dengan beras lagi,” ujarnya.
Tetapi, menurut dia, dengan penganekagaraman makanan Indonesia lebih siap. “Tapi tahun ini kita sudah masuk,” ucap dia. Selain itu, dalam program yang dicanangkan itu, Kementerian Pertanian juga dalam peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini bertujuan mewaspadai masalah impor.
Fokus aktivitas yang dikerjakan, menurut klaim dia, yakni produktifitas gula, daging sapi, dan bawang putih. “Fokus aktivitas adalah mempersiapkan daerah-daerah tertentu,” katanya.
Selain itu, program yang disiapkan mengatasi masalah pangan yang tengah dikebut Kementerian Pertanian adalah pemanfaatan lahan perkarangan atau lahan marjinal untuk menanam tanaman yang dapat dipanen dalam waktu singkat 20 hari, melalui program Pekarangan Pangan Lestari atau P2L.
Program ini diharapkan dapat mengatasi masalah pangan di tengah merebaknya Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Rencananya program itu menyasar para pekerja yang di-PHK.
“Artinya begini, di halaman rumah itu sangat mungkin dilakukan pertanian. Dan sekarang kita sudah lakukan uji coba, mungkin ini sangat baik kepada mereka yang di-PHK tidak stres,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam diskusi virtual.
Program itu pada intinya memanfaatkan tanah pekarangan rumah atau lahan marjinal dengan menanam tanaman yang dapat tumbuh dan bisa dipanen dalam waktu 20 hari. “Ada tanaman sayur yang bisa satu bulan panen, ada tiga bulan dan seterusnya,” ujar Syahrul.
Program peningkatan ketersediaan pangan di masa normal baru dicanangkan Kementerian Pertanian ini, demi kelangsungan hidup mereka yang di-PHK. Syahrul memprediksi dari 6 atau 7 juta pekerja yang diberhentikan, 1 juta orang pasti pulang kampung dan melirik lahan di sekitar rumah dan bertani.
“Sekarang ini kita akan dorong menjadi bagian dalam memperkuat ketahanan pangan,” ujar Syahrul. Dorongan penyediaan bahan pangan di lahan marjinal itu lebih khusus untuk mempersiapkan gizi yang cukup dalam meningkatkan imun tubuh di masa wabah.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu menambahkan, sebagian besar pekerja yang di-PHK berlatar belakang petani. Maka, setelah menanam, menurut dia para pekerja ini bisa kembali ke kota dan melanjutkan pekerjaannya. “Sesudah mau panen dia kembali ke desa, seperti itu,” tuturnya. (msn)