Indovoices.com –Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, meminta bangsa Indonesia tidak hanya menantikan produksi vaksin Covid-19. Vaksin penting tapi, menurutnya, terlalu riskan jika hanya bergantung kepadanya, yang proses ujinya masih berjalan dan sangat bergantung kepada hasil keamanan dan efikasinya.
Bambang menekankan pentingnya menyertakan upaya skrining dan isolasi untuk menahan penularan Covid-19 bersama vaksin tersebut. Skrining dilakukan lewat rapid test yang peralatannya terus dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
“Kita sekarang ada dua produk rapid test yang menjanjikan karena akurasi tinggi dibandingkan gold standard uji menggunakan PCR tapi secara biaya lebih murah,” kata Bambang dalam konferensi video bersama Tempo, Selasa sore 6 Oktober 2020.
Kedua produk yang dimaksudnya adalah GeNose karya tim peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan RT LAMP atau Reverse Transcription Loop-Mediated Isothermal Amplification yang dikembangkan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Keduanya disebut Bambang lebih akurat daripada rapid test kit yang ada saat ini dan lebih cepat daripada alat RT-PCR, selain tentu saja lebih murah.
“RT LAMP itu di bawah satu jam dan tak perlu laboratorium buat analisis meski masih harus menggunakan reagen. Sedang GeNose di bawah dua menit dan tidak invasif: tidak perlu suntik ambil darah atau colok ambil swab,” katanya menuturkan.
Metode skrining juga menjadi fokus Konsorsium Riset dan Inovasi Penanganan Covid-19 lewat pengembangan health pass, semacam kartu sehat. Dilengkapi dengan QR Code, Bambang menjelaskan, kartu akan berisi data tes Covid-19 beserta lokasi dan hasilnya, selain juga data pemeriksaan lain seperti, thorax, dan informasi situasi lingkungan sekeliling terkait bahaya penularan.
Sementara itu, Menristek Bambang tidak bisa memastikan kapan vaksin Covid-19 paling cepat tersedia dan diberikan kepada masyarakat di Indonesia. Riset yang paling maju di Indonesia saat ini adalah riset vaksin Sinovac Biotech, yakni uji klinis fase tiga atau final.
Vaksin itu telah digunakan dalam skema darurat di dalam negerinya di Cina. Tapi di Indonesia, Bambang menyatakan menunggu hingga uji final itu rampung dan mendapat izin dari BPOM untuk penggunaan secara luas. “Tidak boleh terlalu yakin tapi kalau lancar semua, kemungkinan paling cepat triwulan pertama 2021 sudah ada Emergency Use Authorization,” kata ekonom UI yang juga mantan Menteri Keuangan di era Presiden SBY itu.
Di luar vaksin Sinovac itu, Bambang menambahkan, riset vaksin Covid-19 juga berjalan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, LIPI, Universitas Indonesia, UGM, Universitas Airlangga, dan ITB dengan metode masing-masing.(msn)