Indovoices.com-Dinamika ekonomi global mulai terlihat mengalami perbaikan yang berdampak pada menurunnya ketidakpastian, setelah melewati 2019 yang penuh dengan tantangan. “Sejalan dengan momentum ini, evaluasi terhadap berbagai capaian sampai Januari 2020, sangatlah penting untuk menentukan berbagai langkah strategis ke depan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Perekonomian Indonesia pun kian teruji dengan daya tahan yang cukup kuat dan prospek yang optimis. Secara umum pertumbuhan ekonomi tetap relatif stabil di atas 5 persen berkat dukungan permintaan domestik yang terus membaik, dalam hal ini konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi, serta kinerja neraca perdagangan dengan pertumbuhan positif produk ekspor pada triwulan IV-2019. Daya beli masyarakat membaik ditandai dengan Nilai Tukar Petani tumbuh sebesar 1,03 persen (year on year/yoy) dan Upah Buruh Tani sebesar 0,3 persen (yoy) pada Desember 2019.
Keyakinan pelaku usaha sektor manufaktur juga menunjukkan perbaikan terlihat dari Purchasing Manager Index dan Investasi sebesar 51,5 persen pada triwulan IV-2019 dan diperkirakan meningkat pada triwulan I-2020 sebesar 52,7 persen. Perbaikan kondisi perekonomian ini selanjutnya mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, di mana Rasio Gini dan Angka Kemiskinan menunjukkan tren yang membaik.
Kinerja Neraca Pembayaran terus membaik pada triwulan IV-2019 karena perbaikan neraca perdagangan dan peningkatan aliran investasi. Tekanan eksternal juga berkurang serta Cadangan Devisa BI meningkat menjadi US$129 miliar pada Desember 2019, tercatat sebagai level tertinggi selama 2019. Neraca Perdagangan juga membaik karena dukungan perbaikan kinerja ekspor dan penurunan impor nonmigas.
Defisit transaksi berjalan pun semakin terkendali di angka US$0,03 miliar pada Desember 2019, menurun tajam dari bulan sebelumnya senilai US$1,39 miliar. Aliran modal investasi, baik dalam bentuk investasi langsung maupun portofolio juga meningkat. Realisasi investasi mencapai Rp208,3 triliun pada triwulan IV-2019, naik 12 persen dari triwulan IV-2018.
Perbaikan pada sektor keuangan mendukung perbaikan perekonomian dengan terjaganya stabilitas keuangan nasional. Kemampuan perbankan tetap tinggi dengan rasio kecukupan modal (CAR) per November 2019 sebesar 23,66 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL) tetap rendah sebesar 2,77 persen (gross).
Selain itu, nilai tukar Rupiah semakin menguat hingga 4,21 persen dalam tiga bulan terakhir dan menjadi salah satu mata uang terkuat di kawasan Asia. Tingkat risiko berinvestasi terus menurun diukur dari penurunan Credit Default Swap (CDS) dan imbal hasil SBN tenor 10 tahun menjadi 6,62 persen. Likuiditas keuangan pun tetap terjaga, di mana peredaran uang kartal tumbuh hingga 5,95 persen tahun ke tahun (yoy) dan pembayaran ritel secara nontunai juga tumbuh 2,45 persen tahun ke tahun (yoy) pada Desember 2019.
Dengan demikian pemerintah meyakini perbaikan ekonomi akan terus berlanjut dan prospek stabilitas perekonomian Indonesia tetap terjaga. Inflasi yang stabil rendah dan terkendali dalam rentang target, berhasil dicapai selama 5 (lima) tahun berturut-turut. Inflasi 2019 tercatat sebesar 2,72 persen (yoy), menurun dari 3,13 persen (yoy) pada 2018.
Capaian Program Prioritas (Quick Wins)
Kondisi perekonomian yang semakin kondusif ini terkait dengan hasil upaya membangun optimisme melalui capaian program-program prioritas (Quick Wins) di Bidang Perekonomian selama 3 (tiga) bulan terakhir.
“Salah satu program prioritas utama yang diselesaikan dalam periode 100 hari kerja adalah penyusunan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Ciptaker) dan Omnibus Law Perpajakan, sebagai strategi reformasi regulasi agar penataan regulasi dilakukan secara sekaligus terhadap berbagai peraturan perundang-undangan,” ujar Menko Airlangga menjelaskan.
Omnibus Law bertujuan untuk menghilangkan tumpang tindih antar peraturan, efisiensi proses perubahan atau pencabutan peraturan, dan menghilangkan ego sektoral.
Quick Wins yang terkait dengan pembiayaan dan keuangan untuk mendorong pertumbuhan yang telah berhasil dilaksanakan meliputi: (1) Penurunan suku bunga KUR menjadi 6 persen efektif per tahun, (2) Peningkatan plafon KUR Mikro dari 25 juta rupiah menjadi 50 juta rupiah per penerima KUR, serta (3) Relaksasi ketentuan perizinan UMKM yang ingin mengakses KUR.
Terkait dengan pangan dan pertanian, Quick Wins yang telah diselesaikan yaitu: (1) Menjaga stabilitas harga pangan yang ditandai oleh tercapainya inflasi bahan makanan 2019 sebesar 4,28% dari target 5%, (2) Memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 2019 sebesar 1,88 juta ton dari target antara 1 hingga 1,5 juta ton, (3) Mencapai koefisien variasi (KV) harga pangan 2019 rata-rata 8,3% dari target 10%, dan (4) Merealisasikan Operasi Pasar/KPSH CBP 2019 sebanyak 617 ribu ton, yang merupakan angka tertinggi sejak kebijakan ditetapkan.
Capaian Quick Wins yang berkaitan dengan pengelolaan energi, SDA, dan Lingkungan hidup dalam tiga bulan terakhir, yaitu: (1) Mengimplementasikan mandatori B30 yang ditetapkan per 1 Januari 2020 dan telah dilakukan launching B30 oleh Presiden pada 23 Desember 2019 yang diperkirakan akan dapat menghemat devisa sebesar US$4,6 miliar dalam setahun, dan (2) Mengembangkan industri petrokimia melalui restrukturisasi finansial di PT TPI dengan kepemilikan saham oleh Pertamina sebesar 51 persen, ditambah penambahan penyertaan modal negara menjadi 98 persen, sehingga diperoleh penghematan devisa sebesar US$1 miliar.
Sementara itu terkait percepatan infrastruktur dan pengembangan wilayah berhasil menyelesaikan Quick Wins: (1) Menyelesaikan 92 dari 223 PSN dan beroperasi per 31 Desember 2019, (2) Melakukan kompilasi Kebijakan Satu Peta hingga mencapai 99 persen (84 dari 85 peta tematik) per 31 Desember 2019, dan (3) Sebanyak 15 KEK telah beroperasi.
Capaian Quick Wins Kerjasama Ekonomi Internasional terdiri dari: (1) Menyelesaikan negosiasi teks perundingan dan akses pasar RCEP dengan 15 Negara (kecuali India) pada November 2019, (2) Menginisiasi 4 (empat) proyek baru dalam Program Kerja Sama Pembangunan Rendah Karbon dengan Pemerintah Jepang, yang akan dihasilkan sumber energi listrik ramah lingkungan untuk penurunan emisi gas rumah kaca sesuai komitmen Pemerintah Indonesia di Paris Agreement, (3) Menindaklanjuti hasil lawatan Presiden ke Korea Selatan berupa komitmen dari Hyundai Motor Company untuk membangun pabrik kendaraan bermotor senilai US$1,8 miliar dan diharapkan awal tahun 2020 ini sudah bisa berproduksi dengan target 250 ribu unit pada tahun pertama, (4) Menindaklanjuti hasil lawatan Presiden ke Abu Dhabi berupa 11 business deals dengan nilai total sebesar US$22,89 miliar, terdiri dari investasi B-to-B, kerja sama kontrak dagang, kerja sama transfer teknologi, kerja sama litbang, dan rekrutmen tenaga kerja.
“Kita berharap, hasil capaian berbagai program prioritas atau Quick Wins dalam tiga bulan terakhir ini, akan menjadi modal kuat untuk membangun optimisme terhadap prospek perekonomian Indonesia yang semakin baik dalam periode lima tahun ke depan,” tutup Menko Perekonomian. (jpp)