Indovoices.com– Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan menyatakan bahwa pemerintah telah menindaklanjuti ekspor biji nikel yang belum lama ini dihentikan sementara. Menurutnya ekspor boleh dilakukan, namun harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
“Sekarang posisinya (ekspor biji nikel) sedang dirapatkan oleh Pak Bahlil (Kepala BKPM), tetapi kira-kira jika semua sudah memenuhi ketentuan itu akan dilepas. Sebagian sudah selesai. Kira-kira begitu (sudah boleh ekspor). Saya tidak tahu detailnya, Pak Bahlil nanti biar yang ngomong,” kata Menko Luhut saat ditemui media di Kantor Maritim dan Investasi.
Ketika ditanya mengapa di bawah kewenangan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menko Luhut menegaskan bahwa “Kan dia wakil saya dalam investasi,” singkatnya.
Untuk masalah ini Menko Luhut memaparkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Hal itu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Presiden Jokowi, dalam menertibkan proses investasi di Indonesia.
“KPK, sesuai perintah Presiden, kita ajak untuk menertibkan semua proses-proses investasi di Indonesia yang jumlahnya, seperti ditulis oleh The Jakarta Post kira-kira 80M lebih angkanya. Jadi banyak sekarang investasi yang sudah siap, tetapi terhambat berbagai masalah, kadang – kadang terhambat sampai 3-4 tahun. Presiden memerintahkan saya agar segera dituntaskan, dan saya berharap itu bisa segera diselesaikan,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Menko Luhut, perlu juga Peraturan Menteri (Permen) dari Kementerian ESDM, perlu dilakukan revisi supaya tidak bertentangan dengan undang-undang. Adapun revisi terkait apa yang boleh dan tidak boleh dalam ekspor.
“Saya sudah lapor Presiden tadi ada sekitar 3-4 pemain nikel yang sudah punya turunan sampai bawah, tadi kita rapat buat evaluasi supaya bisa terintegrasi antara satu bahan misalnya nikel dengan copper concentrate, sehingga punya nilai tambah yang makin banyak buat negeri kita. Karena misalnya gini, Freeport itu kita temukan turunannya itu, turunan daripada copper concentrate itu bisa 10-15 kali nilai tambah. Tadi saya lapor Presiden untuk membuat industri terpadu untuk itu,” ujarnya.
“Nah itu sekarang sudah jalan, jadi tinggal kita lihat smelter dari Freeport itu tidak hanya di Gresik, tapi mungkin nanti di Morowali atau Weda Bay, sehingga Freeport nanti aman. NTB itu jadi ngirim dia punya produksi sampai 500 ribu ton masuk ke sana. Sehingga dari smelting nanti produk turunannya bisa dikerja samakan. Di samping itu kita juga kita mendapatkan mother machine, itu ibunya mesin, yang membuat alat-alat mesin. Indonesia belum punya, kita tidak perlu mengimpor lagi mesin, karena kita bisa buat mesin mungkin sampai pada mesin mobil, perkakas, dsb,” pungkasnya. (jpp)