Indovoices.com- Pengelolaan aset negara memiliki dinamika yang menantang. Aset negara idle (mengganggur) atau aset under utilized (kurang optimal digunakan) mengakibat hilangkan potensi manfaat (opportunity loss) yang menjadi beban negara. Oleh karena itu, telah dilakukan suatu inisiasi untuk mengatasi keadaan tersebut dengan pendirian sebuah badan layanan umum (BLU) yang melaksanakan fungsi pengelolaan aset idle dan aset potensi, yang selanjutnya disebut Lembaga Manajemen Aset Negara atau LMAN.
“Perjalanan kita untuk memulai secara serius mengelola aset itu masih sangat pendek. Dalam usia pendek, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menghasilkan LMAN untuk membuat pemisahan antara regulator dengan eksekutornya, policy maker dengan implementator nya. Ide yang bagus tapi harus terus diuji. Dalam hal ini kita ingin mengintroduce prinsip-prinsip pengelolaan aset yang baik,” ungkap Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam sambutannya pada acara peresmian Gedung Dhanadyaksa Hutama sebagai Kantor Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Menkeu menambahkan kehadiran LMAN diharapkan tidak hanya berfungsi untuk mengelola suatu aset namun lebih dari itu dapat menciptakan value added atau nilai tambah dari aset tersebut. Dengan demikian, aset negara yang bekerja keras menghasilkan dan mencari nilai tambah, bukan orang yang mengelola aset tersebut yang menghasilkan nilai. Anggaran belanja modal negara yang dihabiskan setiap tahunnya diharapkan tidak hanya sekadar menjadi sebuah proyek pengembangan tetapi juga harus menghasilkan nilai kepada negara.
“Ini adalah salah satu bentuk cara kita bekerja untuk menciptakan nilai tambah. Sesuatu kontribusi yang kita tidak hanya menikmati sendiri tapi kita harapkan bisa meningkatkan nilai aset-aset kita. Kita selama ini sibuk membangun tapi asetnya tidak pernah diutilize tidak pernah kita kelola seolah-olah itu taken for granted dan tidak ada sense bahwa semuanya diperoleh dan dibangun melalui uang negara itu bisa dari pajak, bisa dari penerimaan negara bukan pajak namun itu adalah uang negara,” tegasnya.
Menkeu juga menginginkan jajaran LMAN yang menerapkan nilai-nilai organisasi terdiri dari holistik (holistic), integritas (integrity), sinergi mencapai kontribusi (synergy for contribution), profesionalitas (professionalism), prudence (kehati-hatian), layanan prima (excellent service), dan determinasi (determination) atau disingkat HI-SPEED untuk senantiasa menerapkannya karena nilai-nilai tersebut menentukan cara seluruh organisasi dan pegawai berinteraksi dengan sesama di lingkungan Lembaga, dengan mitra, dan seluruh pemangku kepentingan Lembaga.
“Saya ingin ambisi kalian dinaikkan sesuai semboyan yang kalian buat, HI-SPEED setinggi mungkin. Jangan puas dan jangan cepat puas karena pekerjaan kita masih banyak banget dan kalian menggunakan kata HI SPEED berarti speednya benar-benar untuk mengconvert suatu aset menjadi higher value added, menjadi lebih berfungsi. Kita harus membuat lebih cepat lagi lebih ambisius lagi. Saya harap kalian menjadi manusia yang tiap hari membangun brick by brick, glue by glue sebuah bangunan Republik Indonesia seperti yang kalian kerjakan untuk mengelola aset,” pungkas Menkeu. (kemenkeu)