Indovoices.com –Menkes Budi Gunadi Sadikin menghadiri rilis survei Charta Politika pada Minggu (28/3) secara virtual. Dalam kesempatan itu, Budi menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19.
Hingga saat ini, penularan COVID-19 di RI masih terjadi meski sudah mulai mengalami penurunan. Kini jumlah kasus positif mencapai 1.496.085 orang di mana 40.449 di antaranya meninggal dunia.
Lantas apa saja yang disampaikan Budi Sadikin terkait penanganan COVID-19 di RI? Berikut ini:
Budi Sadikin Minta Kepala Daerah Jangan Ada Lonjakan COVID-19
Budi Gunadi meminta kepada seluruh kepala daerah untuk tetap waspada. Ia tidak ingin penularan COVID-19 kembali melonjak karena hal itu akan sangat melelahkan.
“Kalau saya boleh minta tolong ini kepada teman-teman di daerah kita masih tetap waspada, ini kerja ini sudah lumayan hebat Pak Ridwan Kamil, Mas Ganjar itu hebat sekali PPKM yang sudah jalan, vaksinasi kita alhamdulillah lancar,” kata Budi Gunadi.
“Nah tolong kita jangan disia-siakan, jangan sampai terjadi lonjakan lagi karena capek nanti kita,” tambah dia.
Eks Wakil Menteri BUMN itu menjelaskan, pandemi COVID-19 tidak bisa diselesaikan jika tidak ada koordinasi yang baik dari pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, Budi menyebut masyarakat juga memiliki peran penting dalam menekan COVID-19.
“Ini tidak mungkin bisa kita selesaikan kalau tanpa kita membangun gerakan di mana kita harus merajut kebinekaan, kita harus membangun kebersamaan dan memanfaatkan seluruh modal sosial yang dimiliki seluruh bangsa kita,” ucap Budi.
Oleh sebab itu, Budi Sadikin berharap bantuan dan kerja sama dari para kepala daerah. Sehingga akhir masa jabatan pemerintah pada 2024, dampak penanganan COVID-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang baik.
Budi Ungkap RI Harunsya Terima Vaksin AstraZeneca 11,7 juta Dosis, tapi Baru Ada 1 juta
Pengiriman vaksin AstraZeneca ke Indonesia melalui skema COVAX-GAVI saat ini rtunda akibat embargo di India.
Vaksin buatan Inggris-Oxford itu salah satunya diproduksi di India, negara yang memiliki markas pabrik terbesar dunia. Namun akibat embargo, India tidak mengizinkan mengirim vaksin AstraZeneca sementara karena kasus COVID-19 di India sedang melonjak.
“India itu naik [kasusnya], termasuk yang naik. Karena dia naik, dia embargo vaksinnya, enggak boleh keluar AstraZeneca yang dikirim ke WHO atau Gavi,” ujar Budi.
Jika tidak ada embargo, Budi memastikan seharusnya Indonesia sudah menerima sekitar 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca pada Maret-April 2021. Sayangnya, hal itu urung terlaksana.
“Jadi dapatnya kemarin baru kayaknya 1,17 juta dosis, yang 10,6 jutanya nyangkut,” tutur Budi.
Untungnya, Indonesia masih memiliki pasokan 7 juta dosis Sinovac yang diproduksi oleh Bio Farma. Vaksinasi massal akan kembali berlangsung pada 15 April.
Varian Baru Virus Corona dan Lambatnya Vaksinasi Picu Penularan COVID-19 di Dunia Melonjak
Beberapa negara di benua Eropa, Amerika Selatan, kembali mengalami lonjakan penularan COVID-19. Budi Gunadi Sadikin menyebut, berkembangnya varian baru dan lambatnya proses vaksinasi menjadi penyebab tren tersebut.
“Masih hipotesa kenapa lonjakan itu terjadi tapi yang paling ilmiah, yang paling dekat ke logika adalah karena varian barunya sudah cukup tinggi persentasenya, sedangkan varian baru ini cepat penularannya, beberapa daerah lambat vaksinasinya sehingga terjadi lonjakan itu,” kata Budi.
Budi memberikan contoh kasus corona di Inggris, yang 30 hingga 40 persen warganya sudah diberikan vaksin dengan pelonggaran mobilitas warga.
“Jadi mobilitasnya masih gerak tapi karena tinggi vaksinasinya dia (Inggris) lonjakannya tidak setinggi Jerman, Prancis dan lain sebagainya,” kata Budi.
Sedangkan di Spanyol, lanjut Budi, mobilitas warga sangat diperketat. Dengan aturan seperti itu, angka corona di Spanyol dinilai tidak terlalu parah.
“Nah dua kombinasi itu terus terang dari vaksinasi kita akan secepat-cepatnya kalau ada di stok kita vaksinasi, yang kedua mobilitasnya itu disabar-sabarin dulu karena ada lonjakan-lonjakan,” tegasnya.
Terkait pembatasan mobilitas warga, Budi mengapresiasi PPKM yang berjalan di Jabar dan Jateng. Menurutnya, aturan di dua daerah tersebut telah berjalan dengan baik.
April Cuma Punya 7 Juta Dosis Sinovac, Vaksinasi Bisa Jalan Meski Agak Pincang
Budi Gunadi Sadikin mengakui Indonesia kekurangan banyak stok vaksin corona. Apalagi setelah India mengembargo (larangan perdagangan) vaksin AstraZeneca.
Seharusnya, Indonesia menerima 11,7 juta dosis AstraZeneca pada Maret dan April 2021. Lantaran embargo tersebut, Indonesia saat ini hanya memiliki sisa tujuh juta dosis vaksin Sinovac, dari yang seharusnya 15 juta dosis (AstraZeneca dan Sinovac).
Otomatis, laju penyuntikan yang semula bisa 500 ribu per hari akan berkurang nantinya.
“Saya deg-degan karena sedang di-cleansing mesinnya itu di Bio Farma untuk bisa di-upgrade, mulai bulan Mei bisa lebih besar. Jadi saya hanya punya 7 juta stok dari Sinovac, tadinya saya pikir bisa dapat 7,5 dosis dari Astrazeneca jadi 15 juta,” ungkap Budi.
Pihak COVAX-GAVI kini sedang berupaya menjadwalkan ulang pengiriman vaksin AstraZeneca ke sejumlah negara. Budi bersama Menlu Retno Marsudi akan segera berkoordinasi dengan WHO untuk mengupayakan vaksin AstraZeneca bisa dikirim ke Indonesia pada Mei atau Juni 2021.