Indovoices.com –Pemerintah pada beberapa bulan lalu menambah cuti bersama pada akhir tahun untuk mendorong ekonomi dan pariwisata. Namun, Presiden Joko Widodo baru-baru ini meminta cuti bersama tahun baru 2021 dan libur pengganti Idul Fitri dipangkas lantaran jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air masih tinggi.
Pengusaha pun menyambut baik rencana tersebut. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Johnny Darmawan menjelaskan swasta acapkali menanggung beban lebih besar lantaran harus membayar biaya lembur kepada pegawainya saat cuti panjang.
Johnny pun menilai, hari kerja Indonesia termasuk sedikit bila dibandingkan negara lain. Padahal, peningkatan produktivitas dapat dilakukan bila jam kerja di dalam negeri tidak lebih rendah dibandingkan negara lainnya.
Tak hanya itu, jam kerja yang lebih banyak dinilai dapat membantu pengusaha untuk mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat sebesar 47,8 pada Oktober 2020. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan sejumlah negara ASEAN lainnya seperti Thailand dengan PMI sebesar 50,8 dan Vietnam dengan PMI 51,8.
Johnny juga khawatir aktivitas manufaktur akan kembali menurun lantaran hari kerja yang lebih sedikit pada bulan Desember. Apalagi menurutnya, kegiatan ekonomi kembali pulih sepanjang Agustus hingga November ini.
Meski demikian, Johnny merasa pemerintah akan menghadapi dilema lantaran pengurangan hari libur akan memukul pengusaha sektor pariwisata. Meski demikian secara umum perubahan ini tidak akan mengganggu rencana kerja swasta.
“Kalau ada pengusaha yang melakukan perencanaan setahun, perubahan dadakan menjadi tidak mudah. Tapi lebih baik dikurangi liburnya daripada tidak,” kata mantan Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor tersebut.
Dukungan akan pemangkasan cuti juga datang dari pemerintah daerah. Baik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan libur panjang Oktober lalu telah berdampak pada meningkatnya kasus Covid-19 di daerahnya masing-masing.
Oleh sebab itu Ganjar mendukung penuh rencana pemerintah ini. “Sudah secukupnya saja liburnya karena saat ini rasa-rasanya kita semua banyak di rumah,” kata Ganjar seperti dikutip dari Antara, Selasa (2/11).
Tak Hanya Dengan Pangkas Cuti
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, pengurangan hari libur bisa aja memutus rantai Covid-19 dari kerumunan masyarakat. Namun, ia menilai penularan virus corona bisa tetap terjadi meski ada pengurangan libur panjang di akhir tahun. “Bukan tiadakan libur karena bisa terjadi kapan saja,” katanya.
Hal terpenting yang harus dilakukan, lanjut dia, ialah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap virus corona. Sebab, pencegahan penularan sulit dilakukan jika masih ada masyarakat yang tidak percaya terhadap keberadaan Covid-19.
Di sisi lain, ia menilai perlunya peningkatan pengetesan (testing), pelacakan (tracing), dan pengobatan (treatment). Kemudian, perlu dipastikan penerapan protokol kesehatan dijalankan dengan baik. “Selama bisa putuskan rantai penularan, maka bisa putuskan pandemi,” ujar Amin.
Amin pun mengingatkan, keberadaan vaksin virus corona nantinya tidak serta merta menghilangkan pandemi. Sebab, kunci dari penanganan pandemi adalah kesadaran masyarakat. “Jadi apakah liburan harus ditiadakan? Menurut saya itu bukan obatnya,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian justru melemah saat libur panjang di tengah pandemi Covid-19. Ini tercermin dari beberapa aktivitas ekonomi yang sempat meningkat, tetapi melemah pada Oktober.
Pada Oktober tahun lalu, jumlah hari kerja mencapai 23 hari sedangkan tahun ini hanya 19 hari kerja akibat libur panjang. Sri Mulyani menuturkan bahwa jumlah hari kerja pada kuartal IV 2020 memang jauh lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Ini harus terus menerus melihat data karena akan menjadi bahan untuk menetapkan kebijakan,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi November 2020.
Apalagi, menurut dia, masyarakat kelas menengah masih akan mengerem konsumsinya sepanjang jumlah kasus masih tinggi. Aktivitas yang mereka lakukan di tengah pandemi bergantung pada keamanan dan kesehatan di tengah Covid-19.
Ia pun menegaskan disiplin protokol kesehatan harus terus ditegakkan dalam mencegah penularan Covid-19. Penerapan protokol kesehatan melalui gerakan 3 M yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan sebelum vaksin tersedia.
Arahan memangkas cuti ini disampaikan Presiden Joko Widodo kepada para Menteri saat rapat terbatas, Senin (23/11). Sebelumnya, jika ditotal, maka jumlah cuti dan libur akhir pekan pada periode akhir Desember 2020 hingga Januari 2021 mencapai sebelas hari.
“Masalah cuti bersama akhir tahun termasuk libur pengganti hari raya Idul Fitri, Presiden berikan arahan supaya ada pengurangan,” Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada konferensi pers di Kantor Presiden.
Meski demikian, belum ada keputusan berapa pengurangan jumlah libur bulan depan. Muhadjir mengatakan Jokowi memerintahkan para Menteri segera membahas dalam rapat koordinasi dalam waktu dekat ini.(msn)