Indovoices.com- Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) punya segudang destinasi ekowisata yang tersebar di beberapa kabupatennya. Diantaranya adalah ekowisata Desa Pancoh di Kabupaten Sleman dan Sungai Mudal di Kabupaten Kulon Progo. Redaks JPP sempat menyambangi kedua destinasi itu pada Rabu (21/8/2019) lalu.
Menurut penulusuran Redaksi JPP, istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.
Beberapa aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat (vs mass tourism), pola wisata ramah lingkungan (nilai konservasi), pola wisata ramah budaya dan adat setempat (nilai edukasi dan wisata), membantu secara langsung perekonomian masyarakat lokal (nilai ekonomi), modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak besar (nilai partisipasimasyarakat dan ekonomi), dan ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism)
Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing.
Ekowisata Desa Pancoh – Sleman
Ingin berjalan-jalan di pegunungan yang asri dengan balutan udara sejuk? Nah, Desa Ekowisata Pancoh di Sleman, Yogyakarta, bisa jadi pilihan yang sempurna. Di sana bisa menikmati beragam ekowisata sambil melakukan aktivitas peduli lingkungan.
Lalu, apa yang bisa dilakukan di Ekowisata Pancoh? Sesuai dengan nama ekowisata, di desa wisata yang berjarak 20 km dari pusat Kota Jogja ini, pengunjung bisa belajar soal lingkungan. Tamu bisa menikmati segarnya air. Bisa merasakan sejuknya udara yang belum tercemar. Dan semuanya diajak belajar soal alam dan lingkungan.
Bagi masyarakat di sana, air memang sangat sakral. Menjaga air sama dengan menjaga kehidupan. Itulah yang diyakini warga yang hidup 15 kilometer dari Puncak Merapi, wilayah Sleman, Yogyakarta. Keyakinan warga Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman itu tidak hanya ada dalam angan-angan. Mereka mewujudkannya dalam tindakan nyata.
Setiap pengunjung yang menginap lebih dari satu hari satu malam dibebani biaya konservasi. Nominalnya Rp15 ribu per pengunjung. Dananya digunakan untuk penanaman pohon dan pelestarian lingkungan,” ungkap Pengelola Desa Wisata Pancoh, Ngatijan.
Biaya konservasi tersebut diwujudkan dalam bentuk pemeliharaan lingkungan maupun penyediaan bibit tanaman keras. Setiap penebangan kayu, harus diimbangi dengan penggantian. Ini untuk menjaga ketersediaan sumber air. ” Jadi, setiap tamu wisatawan ke Pancoh, otomatis ikut melestarikan lingkungan,” tegas Ngatijan.
Dan tak hanya ekowisata saja yang keren. Aktivitas lainnya juga banyak yang seru. Dari mulai susur sungai, bertani, berkebun, pembuatan kerajinan tangan, pembelajaran seni budaya, pembuatan biogas, bajak sawah, tangkap ikan dan outbound, bisa dilakoni di sini.
Kulinernya? Jangan ditanya lagi. Semuanya dijamin maknyuz. Yang ingin memuaskan dahaga ada minuman jare (jahe sere), dawet, hingga wine salak yang bisa dinikmati. Sementara makanannya, ada jenang grendul, jenang sumsum, wajik salak, bakwan salak, hingga sego megono untuk makan besar yang siap menemani.
Fasilitas penginapannya juga sangat oke. Pilihannya banyak. Homestay, joglo, sanggar seni, lapangan parkir, embung, serta bumi perkemahan yang luas tersedia di sini. Saat ini, ada 65 rumah yang siap menjadi homestay dengan 80 kamar. ” Pengelola Ekowisata Pancoh membatasi jumlah pengunjung dalam sehari maksimal 500 orang atau dua rombongan,” tambahnya.
Hasilnya? Ekowisata Pancoh yang awalnya tidak punya nilai jual, kini telah menjadi satu desa wisata favorit. Apalagi, di 2016 dan 2017, Pancoh memenangi juara pertama Festival Desa Wisata Kabupaten Sleman Kategori Berkembang.
Kini, semua warga bersemangat mendukung pariwisata yang terus tumbuh. Mereka membentuk berbagai kelompok. Ada kelompok Perikanan Mina Merapi, kelompok Puyuh Akur, kelompok Pertanian Akur, kelompok Kandang Ternak Akur, kelompok Wanita Tani Pancoh, kelompok Bank Sampah Resik, kelompok karawitan Mudo Budoyo, kelompok Laras Madya Gawe Tentrem, dan kelompok Bergodo Ngrowod.
Kelompok ini mendukung program Desa Wisata Pancoh sesuai dengan kompetensinya. Selain sebagai pemandu wisata, mereka menjadi pemandu pendamping lapangan, pemandu permainan, maupun pemandu potensi yang ada disana.
Ekowisata Sungai Mudal – Kulon Progo
Mengisi hari libur dengan bermandikan kesegaran air alami di kawasan perbukitan merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk refresh jiwa dan raga. Khususnya bagi mereka yang beriwisata di Yogyakarta, kesegaran tersebut bisa dengan mudah ditemukan. Hanya dengan waktu tempuh sekitar satu jam dari Yogyakarta, terdapat satu pemandian alami yang airnya begitu melimpah, yakni Ekowisata Sungai Mudal.
Destinasi wisata ini terletak di Dusun Banyunganti, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak tempuh dari Kota Jogja adalah sekitar 30 kilometer. Untuk sampai di Sungai Mudal, dari Tugu Jogja cukup ikuti jalan utama ke arah barat sampai kawasan perbukitan. Sesampainya di wilayah perbukitan, telah tersedia papan petunjuk arah menuju destinasi ini sehingga cukup ikuti arah yang ditunjukkannya.
Satu hal yang perlu diperhatikan, kondisi jalan di kawasan perbukitan cukup menanjak. Tanjakan paling terjal bernama Bibis akan ditemui setelah melaju sekitar 23 kilometer dari Tugu Jogja. Selain terjal, Tanjakan Bibis juga cukup berkelok. Terdapat sebuah pohon beringin besar di samping jalan. Pastikan kendaraan kuat untuk menanjak jika ingin sukses melewati tanjakan yang satu ini. Nantinya terdapat dua area parkir di kawasan Ekowisata Sungai Mudal, yakni parkiran atas dan bawah.
Untuk menuju kolam pemandian, pengunjung harus berjalan kaki sejauh sekitar 100 meter, baik dari parkiran atas atau bawah. Kesegaran di lereng Perbukitan Menoreh Ekowisata Sungai Mudal berada di ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) lereng Perbukitan Menoreh sebelah barat. Berada di tengah perbukitan hijau, suasana di sini begitu sejuk dan teduh. Sumber air Ekowisata Sungai Mudal, Kulon Progo yang langsung berasal dari perbukitan.Karena berasal dari perbukitan, airnya terasa sangat segar dan cukup dingin.
Menurut Nunung Ajiyanto yang biasa disapa mas Nunung, pengelola ekowisata Sungai Mudal, tarif masuknya juga cukup terjangkau, yakni Rp 6.000 saja per orang. Untuk hari Minggu atau hari libur menjadi Rp 10 ribu per orang.
Alunan suara air mengalir bahkan sudah terdengar sejak pos retribusi. Terdapat tiga kolam pemandian alami di destinasi wisata ini. Kolam pertama ada di kawasan paling atas dengan kedalaman satu meter yang biasanya untuk anak-anak. Kolam kedua ada di bawah kolam pertama dengan kedalaman sekitar 1,5 meter. Kolam ini cukup digemari pengunjung karena cukup dalam. Mereka yang tidak bisa berenang bisa menyewa pelampung seharga Rp 10.000 dan ban dengan tarif Rp 5.000 sepuasnya.
Aliran Sungai Mudal kemudian turun ke bawah melalui air terjun menuju kolam ketiga. Untuk menuju kolam ketiga, pengunjung harus melalui jalan setapak dan jembatan bambu yang berada di samping air terjun. Lokasi air terjun pun menjadi spot favorit untuk berfoto. Pengunjung biasanya berhenti sejenak untuk berswafoto dengan latar air terjun. Jembatan bambu juga menjadi lokasi foto yang digemari pengunjung.
Air Terjun di Kawasan Ekowisata Sungai Mudal, Kulon Progo, Yogyakarta(Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya) Selanjutnya kolam ketiga dengan kedalaman sekitar dua meter dapat ditemui di dasar aliran air terjun. Sama seperti kolam kedua, di sini juga terdapat pelampung dan ban untuk disewa dengan tarif yang sama. Air di ketiga kolam tersebut sama-sama segar dan sejuk. Pengunjung bebas memilih akan bermain air di kolam mana pun.
Berada di Ekowisata Sungai Mudal seolah akan membuat pengunjung lupa panasnya udara di perkotaan. Aliran air di Sungai Mudal juga tidak pernah kering sepanjang tahun. Pengunjung masih bisa bermain air di musim kemarau, meski debitnya berkurang dibanding musim penghujan. Ekowisata Sungai Mudal ini mulai dikembangkan sejak tahun 2014 oleh masyarakat setempat. Pada 2015, destinasi ini diresmikan oleh Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo. Kolam Ketiga di Ekowisata Sungai Mudal, Kulon Progo, Yogyakarta dengan kedalaman sekitar dua meter.
Selain itu pada tahun 2016 dan 2017, PLN melalui Program Bina Lingkungan juga turut membantu pengembangan kawasan ini agar semakin menarik bagi wisatawan. Fasilitas penunjang wisata di sini juga cukup lengkap. Telah dibangun fasilitas toilet, kamar ganti dan kamar mandi, serta mushalla. Jika lapar, pengunjung bisa mampir ke warung yang ada di lokasi. Jam kunjungan di Ekowisata Sungai Mudal yakni pukul 08.00WIB-17.30 WIB. Kegiatan atau kunjungan di luar jam kunjungan harus seizin pengelola.(jpp)