Ada berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hati bila membicarakan sosok yang satu ini. Bagi yang tidak suka dengan dirinya, tentu menyimpan rasa marah, iri, kesal, dendam dan benci setiap kali namanya terucap. Sebaliknya bagi pendukungnya, mendengar nama Ahok, tentu menimbulkan perasaan yang berbeda lagi.
Ada perasaan terkagum-kagum manakala mengenang sepak terjangnya di Balaikota saat dirinya masih menjabat dulu. Tanpa ragu dirinya meluluh-lantakan dan membongkar habis cara-cara lama dalam menyusun anggaran yang rawan kebocoran.
Melalui tangannya, dia bangun sistem yang ketat, transparan dan terawasi sehingga sulit sekali untuk mencuri.
Kita pun ikut senang saat dirinya membuka Balaikota untuk mendengarkan warganya bercerita tentang kesusahannya, bercerita tentang kesulitannya. Tanpa menbeda-bedakan, dia tuntaskan semua masalah dalam waktu yang singkat.
Ia membangun banyak hal untuk orang miskin mulai taman bermain, rusun, sampai pengobatan yang bisa mereka dapatkan dengan harga terjangkau.
Kita terenyuh manakala segala hasil kerjanya, usahanya, pengabdiannya terhapus seketika di mata sebagian masyarakat yang pernah dibelanya. Dirinya pun kembali harus menerima hujatan, caci maki dan masuk penjara karena tudingan penistaan agama dari jari orang-orang yang merasa paling beragama dan paling suci.
Hari itu diperingati sebagai hari matinya keadilan di negeri ini oleh para pendukungnya.
Ribuan, puluhan ribu bahkan ratusan ribu lilin dinyalakan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bahkan di Sumatera Barat, di pinggiran pantai nan sepi, seorang gadis berhijab dengan nekad menyalakan lilin untuk Ahok.
Penjara yang awalnya diharapkan dapat menamatkan karir Ahok oleh para pembencinya, ternyata malah membuat Ahok semakin cemerlang. Dari sana lah satu persatu janjinya ditunaikan, mulai dari air mancur menari di Monas hingga pemugaran makam Mbah Priok. Dari memberangkatkan marbot dan 800 warga untuk menunaikan umroh hingga menyantuni nenek Mimi hingga kini, seorang nenek-nenek yang harus hidup sebatang kara.
Sedangkan bagi para pembencinya? Tak terhitung banyaknya yang harus menuai tuah “Gusti Ora Sare” seperti yang pernah disampaikan oleh Ahok. Tak urung seorang Ari Wibowo pun mengutip ucapan Ahok saat di persidangan.
“Percayalah sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan, satu persatu dipermalukan. Terima kasih…”
Perjalanan hidup Ahok pun menjadi inspirasi banyak orang. Diabadikan dalam bentuk buku oleh Rudy Valinka dan dalam bentuk film oleh Putrama Tuta dengan judul “A Man Called Ahok”. Dengan jumlah 1.414.604 penonton, menjadikannya sebagai salah satu dari 10 film terbaik dan terlaris sepanjang 2018. Hal ini sekaligus membuktikan sosok Ahok masih melekat di hati masyarakat dan pendukungnya.
Bahkan jauh sebelumnya sosok Ahok juga diabadikan dalam bentuk musik oleh komponis dan pianis terkemuka Indonesia, Ananda Sukarlan. Melalui karyanya yang diberi judul “No More Moonlight Over Jakarta” atau “Tiada Lagi Cahaya Purnama di Atas Jakarta.” Dalam karyanya tersebut, Ananda Sukarlan mengekspresikan kesedihannya terhadap perlakuan yang diterima oleh Ahok.
Karya ini juga yang akan ditampilkan oleh Ananda Sukarlan tanggal 24 Januari 2019 nanti, bertepatan dengan tanggal bebasnya Ahok sekaligus memperingati ulang tahun Ludwig van Beethoven di Washington DC, Amerika Serikat.
Sama seperti halnya para pendukung Ahok lainnya, Ananda Sukarlan pun berharap agar Ahok mau terjun ke dunia politik lagi.
“Saya sangat berharap Ahok akan kembali ke dunia politik, atau sebagaimana yang pernah disampaikannya ketika saya menjenguknya, di mana ia bilang “Konfusius mengatakan jika kita cinta negara, maka ketika negara memanggil dan membutuhkan, maka bukti cinta kita adalah memenuhi panggilan itu.’’ Menurut saya sih negara sangat membutuhkan Ahok, juga rakyatnya. Saya berharap selepas dari penjara ia akan berjuang lagi. Saya gak tahu apakah di luar politik beliau dapat berjuang seperti waktu itu, tapi saya yakin seyakin-yakinnya kalau ia tidak akan tinggal diam,” kata Ananda lagi.
Akankah Ahok akan kembali terjun ke dunia politik?
Tidak akan butuh waktu lama untuk mengetahuinya. Apalagi menurut rencana, setelah 2 hari bebas, tepatnya tanggal 26 Januari 2019, Ahok juga akan live di sebuah stasiun televisi. Kabar tersebut diunggah oleh adik Ahok, Fifi Lety Tjahaja Purnama, melalui akun Instagram-nya, @fifiletytjahajapurnama, pada 21 Desember 2018 yang lalu.
Setelah itu ada sederet kegiatan yang sudah antri dan menunggu beliau hadiri, termasuk undangan ke luar negeri sebagai pembicara di Jepang, Selandia Baru dan berbagai negara lainnya seperti yang sudah pernah saya tuliskan sebelumnya (7Kesibukan Menanti Ahok)
Bebasnya Ahok, tinggal menghitung hari. Semoga Sang Purnama Bersinar Kembali di tengah-tengah kita.