Indovoices.com –Densus 88 Antiteror menggeledah bekas markas Front Pembela Islam (FPI) di kawasan Petamburan, Jakarta Pusat, pada Selasa (27/4). Dari penggeledahan tersebut, mereka menemukan sejumlah bahan baku berupa TATP atau Aseton Periksida, yang biasa dipakai untuk pembuatan bom.
“Beberapa tabung yang isinya adalah serbuk yang dimasukkan dalam botol-botol. Serbuk tersebut mengandung nitrat yang sangat tinggi, jenis aseton, itu akan didalami penyidik,” ujar Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan.
Ahmad mengatakan, dalam penggeledahan turut disita beberapa botol plastik berisi cairan TATP. Cairan tersebut juga pernah ditemukan saat penangkapan teroris di Condet dan Bekasi beberapa waktu lalu.
“Ada beberapa botol plastik yang berisi cairan TATP. Ini merupakan Aseton yang digunakan untuk bahan peledak yang mirip dengan yang ditemukan di Condet dan Bekasi. Ini akan didalami oleh Puslabfor tentang isi kandungan cairan tersebut,” jelasnya.
TATP atau Triaceton Triperoxide atau Aseton Peroksida, merupakan bahan peledak yang kerap digunakan oleh teroris dalam pembuatan bom, karena sifatnya yang berdaya ledak high explosive.
TATP sering digunakan oleh teroris ISIS di Irak dan Suriah karena daya hancurnya yang mematikan. Saking berbahayanya, TATP dijuluki sebagai The Mother of Satan.
Tak sulit untuk mencari TATP dalam kehidupan sehari-hari. Bentuknya menyerupai serbuk kristal berwarna putih, dengan bau seperti pemutih pakaian atau pewarna rambut apabila tidak murni, dan berbau seperti aroma buah ketima masih murni (tanpa campuran apa pun).
TATP bersifat sangat sensitif terhadap gesekan, panas, dan hantaman. Ia dapat meledak apabila terkena panas, gesekan listrik statis, dan radiasi Ultraviolet (UV) dengan tekanan tinggi. Sehingga bom dengan bahan dasar TATP tak memerlukan detonator, karena dapat meledak sendiri apabila bersinggungan dengan 3 hal tersebut.
Di dunia industri, TATP biasa dipakai dalam pembuatan fiber glass dan pemutih tepung.
Kasus Ledakan Bom Menggunakan TATP
Banyak kasus serangan terorisme yang menggunakan TATP sebagai bahan peledak akibat after effectnya yang mematikan. Penggunaan TATP sebagai bahan peledak pertama kali dideteksi tahun 2005, saat empat orang ekstremis melakukan bom bunuh diri di London, Inggris, yang menewaskan 52 orang serta melukai 700 lainnya.
Lalu kasus bom bunuh diri di Manchester Arena, Inggris, tahun 2017, yang menewaskan 23 orang serta melukai 800 orang lainnya. Diketahui pelaku menggunakan bahan peledak TATP untuk menciptakan ledakan yang besar saat itu.
Bom bunuh diri yang menyerang 3 gereja di Surabaya pada 2018 silam juga menggunakan TATP sebagai bahan peledaknya. Tak heran jika jumlah korban yang berjatuhan tak sedikit. 18 Orang tewas dalam kejadian tersebut.
Kapolri saat itu, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, bom TATP yang digunakan berbentuk pipa dan kecil. Meski begitu, kekuatan ledaknya begitu besar.
“Saking berbahayanya dikenal dengan The Mother of Satan, karena daya ledaknya tinggi, tapi sangat sensitif. Kalau yang lain harus pakai detonator, di sini dengan goncangan atau panas dia bisa meledak sendiri,” ujar Tito, 14 Mei 2018.
Tanggal 29 Maret 2021 Polri melakukan penangkapan terhadap teroris di Bekasi dan Condet, Jakarta Timur. Dalam penangkapan tersebut, polisi menemukan sejumlah bahan peledak TATP dan bom yang siap digunakan. Penangkapan ini merupakan buntut dari kasus pengeboman di Gereja Katedral Makassar, 28 Maret 2021.
Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, mengatakan saat operasi penangkapan, Densus 88 menemukan 5 bom aktif atau siap digunakan.
“Hasil penangkapan penggeledahan di Bekasi dan Condet kami temukan barang bukti 5 bom aktif jenis bom sumbu siap digunakan, 5 toples aseton, H202, HCL, dan termometer. Bahan-bahan ini akan diolah untuk menjadi bahan peledak dan jumlahnya kurang lebih 4 kg, ditemukan bahan peledak sudah jadi 1,5 kg,” jelas Sigit di Makassar, Senin (29/3).