Foto: Unofficial Titanic
Ini salah satu kisah dari ribuan kisah penumpang kapal impian dalam perjalanan perdananya menuju New York bulan April 1912. Kisah seorang pengusaha Italia, direktur dan manajer restoran “À la carte” di kapal Titanic. Kapal transatlantik terbesar dan termewah di dunia yang menabrak gunung es dan tenggelam di samudra Atlantik.
Pengusaha itu bernama Gaspare Antonio Pietro “Luigi” Gatti atau Luigi Gatti. Pemilik kapal “White Star Line” yang mempercayakan restoran itu kepadanya. Sebagai pengusaha restoran yang sukses, penampilannya menarik dan keahliannya sangat diharga, Gatti dianggapnya pantas mengelola restoran mewah itu.
Lokasi restoran “À la carte” berada di dek B kapal Titanic. Restoran yang sangat populer dikalangan penumpang kelas satu. Buka dari jam jam 8:00 sampai 11:00 malam. Menawarkan menu – menu istimewa, dengan sedikit biaya tambahan, pelanggan bisa makan dan minum kapan saja.
Restoran ini menawarkan suasana paling nyaman bagi 150 pelanggannya. Ruangan didekorasi dengan gaya Louis XVI, gaya arsitektur, furnitur, dekorasi, dan seni yang berkembang di Perancis pada masa pemerintahan Louis XVI, tepat sebelum Revolusi Perancis.
Gaspare Antonio Pietro “Luigi” Gatti
Diterangi oleh jendela – jendela kaca lengkap gorden indahnya. Lantainya dilapisi karpet Axminster, kursi – kursi dibalut dengan sutra berwarna merah tua, diatas meja piring-piring porselen ditata dengan rapi dan terlihat mewah saat lampu – lampu kristal di ruangan itu menyala. Kemudan dilengkapi juga dengan ruang orchestra, yang memungkinkan pelanggan bisa berkumpul bersama sebelum dan sesudah makan.
Untuk menjaga kepercayaan yang dibebankan kepadanya, Gatti sangat berhati-hati dalam memilih stafnya. Sesuai permintaan dari pemilik kapal, sebagian besar stafnya adalah rekan senegaranya. Dia juga selalu ikut mengurus setiap detail di dapurnya. Semua dilakukannya untuk memuaskan kliennya (termasuk kliennya yang berpangkat tinggi: miliarder Amerika Astor dan pematung Guggenheim).
Malam waktu kejadian, Gatti dan semua karyawannya sedang asyik bekerja. Mereka sibuk melayani pesta keluarga Wideners, pasangan kaya dari Philadelphia Amerika dalam jamuan makan malam menghormati Kapten Smith. Tiba – tiba terjadilah tragedi itu.
Kapal menabrak gunung es raksasa. Tabrakan yang mengakibatkan pelat lambung di sisi kanan kapal melengkung ke dalam. Dampak yang lebih fatal, banjirnya lima dari enam belas kompartemen kedap air, padahal Titanic dirancang hanya bisa menahan paling banyak empat. Semua penumpang pun panik dan berusaha menyelamatkan diri.
Restoran “À la carte”.
Bagi Gatti dan timnya, kepastian kematian tampak begitu jelas. Dengan jumlah sekoci yang sama sekali tidak mencukupi dan kewajiban untuk memberikan prioritas pada penumpang untuk diselamatkan lebih dulu, membuat mereka pasrah. Tidak ada cara untuk menyelamatkan diri, hanya menunggu akhir dengan bermartabat, jatuh ke laut dengan suhu air di bawah nol. Dalam dua setengah jam, kapal penuh dengan air, patah dan tenggelam.
Kejadian ini masuk dalam tragedi laut yang mengerikan. Dari 2.200 penumpang kapal, lebih dari 1.500 penumpang tewas tenggelam. Penumpang kelas 1 berjumlah 325, tenggelam 124 orang. Penumpang kelas 2 berjumlah 284, tenggelam 166 orang. Penumpang kelas tiga berjumlah 708 orang, 530 orang tenggelam. Terbanyak adalah kru kapal, dari 908 orang, 692 kru kapal mati tenggelam.
Ada 40 orang Italia di kapal itu, hanya dua penumpang yang selamat: Argene Genovese dan pematung Emilio Portaluppi. Sisanya adalah staf restoran kelas satu “A la carte” yang rata – rata berusia antara 17 – 43 tahun. Setelah beberapa hari dilakukan pencarian, hanya 330 jenazah ditemukan dan 700 penumpang yang selamat dibawa ke New York oleh kapal uap Carpathia.
Luigi Gatti meninggal di usia 37 tahun. Tubuhnya ditemukan oleh kapal CS Minia tanggal 26 April, mengambang diatas kapal Titanic yang karam. Arloji emasnya masih melekat di tangannya dan di dalam saku bajunya ditemukan uang satu dolar Amerika. Benda – benda pribadinya yang ditemukan, dikembalikan kepada istri dan keluarganya di Montalto. Tanggal 6 Mei 1912 jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Fairview, Halifax, Kanada.
Satu dolar Amerika di saku bajunya.
Luigi Gatti lahir tanggal 3 Januari 1875 di kota Montalto Pavese, kota kecil di Provinsi Pavia, wilayah Lombardy Italia. Ayahnya bernama Paolo Gatti, seorang hakim merangkap sebagai pejabat daerah, sedangkan ibunya wanita biasa bernama Maria Nascimbene.
Seperti jutaan imigran Italia lainnya, tahun 1887 Gatti memutuskan pergi merantau. Diusia dua belas tahun, dia pergi meninggalkan orang tua dan rumahnya di via Vittorio Emanuele, mencari keberuntungan di Inggris. Berawal dari nol, dia membuka dua restoran Italia di kota London: il Gatti’s Adelphi dan il Gatti’s Strand. Beberapa tahun kemudian, kedua restoran itu berkembang menjadi restoran – restoran mewah di berbagai tempat di kota London.
Pada tahun 1902, di Gereja St. Luke Hammersmith, Gatti menikahi Edith Kate Cheese, putri kepala pelayan William James Cheese dan Emily dari Chelsea. Pada tahun 1904, putra pertama mereka, Luigi Victor “Vittorio” lahir. Pada tahun 1911, mereka pindah ke Titchfield Street, Marylebone. Setahun kemudian pindah lagi ke kota Southampton, tempat dimana pemilik kapal “White Star Line”, memintanya mengelola restoran À la carte.
Sebelum kapal Titanic berangkat berlayar, Vittorio sempat mengunjungi ayahnya di atas kapal. Berfoto bersama ayahnya dan 33 staf restoran. Dia tidak ikut ayahnya dalam pelayaran, tapi kembali ke London untuk menemani ibunya. Ternyata itu adalah foto terakhirnya dengan sang ayah.
Setelah itu lama tidak terdengar kabar tentang mereka. Istri Gatti, Kate Cheese ternyata telah menikah lagi dan mengajak putranya tinggal di Amerika. Selama bertahun-tahun Vittorio tetap menjalin hubungan baik dengan kerabatnya di Italia. Salah satunya Maurizio Gatti, cicit Luigi yang masih tinggal di rumah yang sama, di Via Vittorio Emanuele II di kota Montalto.
Makan Luigi Gatti
Kapal Titanic adalah puncak kemewahan saat itu, banyak orang percaya jika kapal itu tidak akan tenggelam. Selain takdir dari yang Maha Kuasa, beberapa faktor seperti: kelalaian, ketidakpercayaan, kondisi iklim, kurangnya alat navigasi modern seperti radar, bisa menjadi salah satu penyebab bencana ini terjadi.
Peristiwa ini mendorong pihak berwenang mengambil langkah-langkah keamanan yang lebih ketat di atas kapal. Mengharuskan penggunaan operator radio 24 jam di kapal (Radio Act), pemasangan sejumlah sekoci yang cukup untuk semua penumpang, penggunaan kode SOS dan lain – lain.
Untuk Gatti dan timnya, juga untuk para korban Titanic lainnya, sudah terlambat. Namun kedepannya, semua berharap keamanan kapal yang akan berlayar bisa lebih baik lagi. Semoga tragedi seperti ini tidak terulang. Arrivederci…
Trailer “The Real Titanic 1912:
Sumber :
https://laprovinciapavese.gelocal.it/pavia/cronaca/2012/04/08/news/luigi-gatti-sul-titanic-un-master-chef-dell-oltrepo-1.3790518