Altar itu telah terkubur lebih dari satu millennium, diam dalam hening dan hampir hilang dari kenangan. Namun tahun 1568, Ara Pacis Augustae atau Ara Pacis muncul kembali di bawah Palazzo Fiano Roma. Altar pagan yang didedikasikan untuk Pax, dewi Perdamaian Romawi, yang bangun atas perintah Senat Romawi, untuk menghormati kembalinya Imperator Augustus ke Roma, setelah berhasil menguasai Hispania (skrg: Spanyol, Portugal, Prancis) dan Gaul ( skrg: Eropa barat-tengah).
Ara Pacis atau “Altar Perdamaian Augustus”, dibangun di masa tenang romawi, saat tidak ada peperangan dan pertumpahan darah. Mulai dibangun tanggal 4 Juli 13 SM dan diresmikan abad 9 SM. Awalnya terletak di area Campo Marzio, sebuah dataran tinggi tempat para prajurit Romawi berlatih. Tidak jauh dari pomerium, batas wilayah yang dikuduskan para dewa.
Ketika ditemukan pertama kali, Ara Pacis rusak parah, beberapa bagiannya pun terpisah. Karena dibangun di dekat sungai Tiber, altar terkubur di bawah endapan setinggi 13 meter. Seperti banyak monumen Romawi yang terabaikan dan dibiarkan rusak, Ara pacis pun dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan lainnya. Sebagian blok dibeli oleh Grand Duke of Tuscany, sebagian di kota Florence, di Museum Vatikan, melengkapi bagian depan Villa Medici Roma dan Museum Louvre Paris.
Ara com’era
Rekonstruksi Ara Pacis baru dilakukan tahun 1937. Bagian yang tercerai berai dikumpulkan, yang tidak ditemukan diganti menggunakan gips. Setelah itu, disusun kembali seperti bentuk aslinya di lokasi saat ini, di Museum Ara Pacis yang beralamat di Lungotevere in Augusta, 00186 Roma. Tahun 1995, Museum ini diperbaiki total oleh arsitek Amerika Richard Meier.
Bulan Oktober 2016, program “Ara com’era” pun diluncurkan. Program yang membantu Ara Pacis menemukan kembali warna aslinya. Dengan perpaduan sejarah dan teknologi, pengunjung seperti dibawa “terbang” ke masa lalu. Terasa duduk di sebelah Ara Pacis dan memandang monumen Romawi terkenal itu, persis seperti yang dilihat orang – orang Roma 2000 tahun yang lalu.
Bangunan Ara Pacis sebenarnya sederhana. Berbentuk bangunan terbuka, terbuat dari batu marmer carrara, berukuran 10,62 x 11,63 dan tinggi 3,68 meter. Altar berdiri diatas podium rendah, yang bisa diakses melalui sembilan anak tangga. Di setiap sudutnya ditopang oleh empat pilar bergaya korintus dan empat pilar lainnya ada di setiap sisi pintu. Memiliki dua pintu masuk (depan dan belakang), yang memungkinkan setiap orang bisa masuk dan keluar dari sisi yang berlawanan.
Altar utama.
Altar utama terletak di tengah bangunan, kedua sisinya dihiasi oleh dekorasi spiral yang bertumpu pada singa bersayap. Antara altar utama dan dinding luar dipisahkan oleh koridor sempit. Altar utama memiliki dua tingkatan podium. Podium pertama, lebih tinggi tiga anak tangga di sekeliling sisinya. Podium kedua, tempat imam melakukan ritual, podiumnya lebih tinggi lima langkah dan tangga masuk hanya dari arah depan saja.
Seperti yang kita tahu, agama – agama kuno sangat bergantung pada praktik doa, ritual, dan pengorbanan. Setiap tanggal 30 Januari, Imperator Augustus juga melakukan salah satu ritual itu di Ara Pacis. Mempersembahkan hewan-hewan korban, dibantu oleh para hakim, para imam, i camilli (yang membantu para imam), pemain musik suling (tibicen) dan petugas yang menyembelih hewan korban (victimarii).
Melihat berbagai relief di sepanjang dinding Ara Pacis, kita menjadi tahu berbagai gaya seni yang umum digunakan di masa Augustus berkuasa. Dari seni yunani klasik untuk motif prosesi altar, seni hellenistik untuk motif di sepanjang dinding dan romawi klasik untuk motif di altar bagian dalam.
Saturnia Tellus
Dekorasi di dinding luar bangunan terbagi menjadi dua motif gambar. Di bagian bawah, dekorasi bermotif tumbuhan (spiral acanthus), kadang terselip gambar hewan – hewan kecil seperti ular, angsa dan kadal. Dekorasi di bagian atas lebih bervariatif, ada kisah mitologis, alegoris /kiasan dan historis. Kedua bagian itu dipisahkan oleh rangkaian pita bermotif swastika.
Di setiap sisi pintu masuk, ada dua relief yang menunjukkan asal usul para pendiri Roma. Relief pertama bercerita tentang “Lupercale”, legenda serigala betina yang merawat bayi kembar Romulus dan Remus. Relief kedua bercerita tentang Enea, seorang yang saleh, pahlawan Trojan yang melarikan diri ke Roma.
Relief di sisi pintu lainnya mengisahkan seorang wanita duduk di atas tumpukan senjata. Simbol sangat jelas tentang mengakhiri konflik dan menjamin perdamaian. Di sisi lainnya ada relief Saturnia Tellus, simbol kelimpahan dan kesuburan, yang diwakili oleh sosok seorang wanita dengan dua anak kembar, seekor lembu, domba dan tumbuhan.
Lupercale.
Sedangkan sosok dua peri di Saturnia Tellus, adalah simbol ketenangan dan kedamaian, baik di darat maupun di laut. Satu peri duduk di atas monster laut “naga”, melambangkan air, mewakili angin laut dan siang hari. Peri lainnya duduk di atas angsa, melambangkan udara, mewakili angin darat dan malam hari.
Namun relief yang paling penting adalah susunan anggota penting keluarga kekaisaran. Simbol yang diperkirakan memuji kedaulatan seluruh keluarga gen Giulia, sebagai keturunan dari dua pendiri Roma. Tampak dalam relief, Augustus memakai kerudung kepala, diikuti istrinya Agripa dengan putranya Gaius Julius Caesar. Diapit oleh dua orang hakim, dan empat imam besar (Flamines Maiores).
Sepertinya Augustus menggunakan Ara Pacis sebagai sarana propaganda kekuasaannya ke seluruh kekaisaran. Tentang pilihannya membangun sebuah altar, monumen yang terbuka dan bisa dilihat banyak orang. Bukan membangun sebuah kuil yang tertutup dan sebagian besar orang saja yang bisa masuk. Kemudian letaknya di wilayah militer “Campo Marzio”, daerah yang menurut tradisi waktu itu, terkait dengan dewa perang.
Augustus dan keluarga kekaisaran.
Melalui berbagai relief di Ara Pacis, Augustus juga terlihat ingin menunjukkan perannya sebagai pembawa damai dan pembela iman. Berjanji mengembalikan zaman keemasan romawi, setelah sepuluh tahun perang dan kekeringan. Meyakinkan orang-orang romawi, jika ia tetap memelihara tradisi kuno mereka.
Ketika ia berkuasa, bangsa Romawi memang mengalami banyak kemajuan. Yang pada awalnya dikenal sebagai bangsa yang suka berperang dan tidak berpendidikan, berubah menjadi bangsa pemikir, suka membaca dan menulis. Meskipun mesin cetak belum ditemukan, melalui tulisan tangan, karya – karya penulis tetap bisa terbit dan dibaca banyak orang.
Banyak seniman dan arsitek terkenal juga muncul di zaman ini. Augustus mungkin memahami betul, jika design dan arsitektur memiliki pengaruh besar untuk mempertahankan kekuasaannya. Melalui gambar yang dicetak dalam koin, ukiran dalam relief atau patung, wajahnya bisa dikenal dan diingat banyak orang. Tidak ada provinsi, tidak ada kota di kekaisaran di mana namanya tidak terukir pada bangunan.
Dengan demikian, bahkan lebih kuat daripada senjata. Karya – karya seni, ternyata bisa membuat sang imperator mendapatkan rasa hormat, pengabdian, dan cinta dari rakyatnya. Arrivederci..
Trailer Museum Ara Pacis Roma:
Sumber: https://www.inexhibit.com/it/mymuseum/museo-ara-pacis-roma/