The Gladiator adalah film kolosal tahun 2000, yang disutradarai oleh Ridley Scott. Mengisahkan seorang Jenderal Romawi yang bernama Maximus ( dalam bahasa Italia “Massimo“) yang hidup dimasa pemerintahan Kaisar Marcus Aurel ( 161 – 180 M). Film ini sukses besar di box office, mendapat sambutan positif dan berhasil meraih beberapa penghargaan piala Oscar.
The Gladiator cukup mewakili kehidupan para gladiator di masanya. Mereka yang secara hukum Romawi dicap sebagai “infamis”, dunia yang kumuh dan terbuang. Gladiator biasanya para tawanan perang, budak atau tahanan yang divonis hukuman mati. Mereka juga bisa orang bebas, yang hidupnya terbebani hutang atau yang tertarik dengan hadiah dan penghormatan.
Banyak dari mereka datang dari jauh: Numidia ( Tunisia sekarang ), Tracia ( Eropa Timur ), Jerman dan lain – lain. Mereka tinggal di sebuah barak, dipaksa berlatih keras dan harus patuh pada peraturan yang ditetapkan. Mereka juga diwajibkan mengucapkan sumpah (sacramentum gladiatorum): “Aku akan tahan terbakar, diikat, digigit, dibunuh untuk sumpah ini” (Uri, vinciri, verberari, ferro necari, Petronius Satyricon 117).
Gladiator dilatih di sekolah-sekolah khusus gladiator yang dikelola para lanista. Mereka adalah mantan gladiator yang sudah bebas, telah dianugerahi rudis ( pedang kayu sebagai simbol penghargaan) dan diangkat sebagai rudiarii. Para lanista yang menyewakan gladiator kepada penyelenggara pertunjukan (munera) dan bekerjasama dengan pejabat publik untuk mencari keuntungan. Aktivitas mereka sangat dibenci di dunia Romawi, bahkan profesi mereka di tempatkan di level paling rendah.
Sekolah gladiator pertama dipimpin oleh Caio Aurelio Scauro, berdiri tahun 105 SM di Capua. Ketika dipimpin oleh gladiator Spartacus, antara tahun 109 SM – 71 SM, sekolah ini melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Roma. Kota Roma kuno juga memiliki tiga sekolah gladiator: Ludus Gallicus, Ludus Dacicus dan Ludus Magnus. Namun yang terbesar dan terpenting adalah Ludus Magnus yang letaknya bersebelahan dengan Koloseum. Kota – kota lainnya yang memiliki sekolah gladiator adalah Ravenna dan Pompei.
Rata – rata usia gladiator antara 20 dan 35 tahun (banyaknya berusia 30 tahun) dan tinggi badan rata- rata 168 cm. Mereka bertarung tidak lebih dari dua atau tiga kali dalam setahun. Jika bisa mengatasi tantangan di arena, gladiator tetap harus bertarung dengan musuh-musuh selanjutnya. Bertarung sampai ia mati atau musuh – musuhnya yang mati. Jika berhasil memenangkan pertarungan sampai akhir, mereka akan dikenal dan dihormati sebagai pahlawan sejati.
Mereka akan menerima pedang kayu (rudis) tanda kebebasan. Namanya akan terukir dalam sebuah grafiti “decus puellarum, suspirium puellarum” (algojo arena menjadi algojo di hati). Diundang ke setiap jamuan makan, dipuja banyak wanita, menerima banyak hadiah dan penghargaan, bahkan dibayar melebihi gaji seorang jenderal. Mereka masih bisa terus berjuang untuk mendapatkan uang, tetapi banyak diantara mereka memilih menjadi instruktur di sekolah gladiator atau pengawal tentara bayaran.
Berdasarkan bukti yang ditemukan di dua makam Tarquinia Ludus Magnus, gladiator adalah salah satu permainan dalam Budaya Etruscan. “Gladio” adalah pedang kecil pendek yang sering digunakan dalam perkelahian. Diperkirakan pertunjukan gladiator pertama kali dilakukan tahun 264 SM, dan mulai dikenal khalayak ramai sekitar tahun 105 SM.
Setelah diadopsi Bangsa Romawi, mereka menyebutnya “gladius” (pembawa pedang gladio). Pada mulanya, pertunjukan gladiator adalah kewajiban seseorang atau lembaga negara (munera) kepada komunitasnya. Mereka biasanya orang – orang kaya dan berpangkat tinggi, menawarkan pertunjukan atau hiburan kepada masyarakat dengan biaya mereka sendiri.
Pertunjukan itu diadakan pada saat upacara pemakaman kerabat mereka, di hari libur tertentu atau saat merayakan acara-acara khusus. Berbentuk duel berdarah antar budak untuk menghormati orang yang telah mati. Sejak Kaisar Augustus berkuasa, pertunjukan ini mengalami banyak perubahan, kemudian disempurnakan oleh kaisar- kaisar selanjutnya.
Pertunjukan gladiator meningkat pesat selama Kekaisaran Dinasti Flavia. Dimulai oleh Kaisar Flavio Vespasiano dengan membangun Koloseum, amfiteater terbesar dan terkenal di dunia. Sejak saat itu perkelahian antar gladiator berubah menjadi pertandingan olahraga nyata, populer dan menghibur.
Bagi mereka yang berkuasa, pertunjukkan gladiator dipergunakan sebagai alat propaganda politik-militer. Dan untuk beberapa kalangan, pertunjukan ini dipakai sebagai ajang taruhan. Malam sebelum pertunjukan di adakan, mereka mengadakan makan malam terbuka untuk umum. Tujuannya, memberikan kesempatan untuk melihat para gladiator yang akan bertarung, menilai kebugaran fisik mereka dan mendapatkan ide berapa nilai uang yang akan dipertaruhkan.
Meskipun penuh dengan kekerasan, bagi Warga Romawi, pertunjukan gladiator adalah hiburan. Semuanya dibiayai oleh Kaisar, warga cukup datang ke tempat pertunjukan dan antri di depan pintu gerbang. Setiap orang akan menerima tanda kayu, tulang atau timah sebagai petunjuk posisi tempat duduk mereka. Senator dan para pendeta pagan berada di barisan pertama. Barisan berikutnya para pejabat, para bangsawan, rakyat biasa, budak dan warga asing.
Acara ini berlangsung hanya satu hari, mulai pagi hari sampai sore hari. Selama acara berlangsung, makanan juga disediakan bagi para penonton. Acara dimulai dengan parade yang diiringi musik, dimulai setelah pihak penyelenggara mengambil tempat di atas mimbar. Dan kedatangan para gladiator yang diumumkan oleh Kaisar atau hakim.
Pertunjukan di bagi dalam tiga bagian: pagi hari, perkelahian antar hewan atau hewan dan manusia (venationes), siang hari mengeksekusi tahanan dan sore hari pertarungan antar gladiator. Pertarungan sampai mati antara hewan dan manusia adalah pertarungan yang paling menarik bagi publik. Melihat hewan liar yang langka, mengagumi keahlian para pemburu dalam menghadapi hewan – hewan buas, cara menunggang kuda dan lain – lain.
Hewan-hewan itu didatangkan dari seluruh Kekaisaran Romawi: rusa dari Inggris, jerapah dan kijang dari Mesir, serigala dan beruang dari Eropa barat, bison dari Jerman. Diangkut mengunakan perahu menyusuri Sungai Tiber hingga ke Roma. Kemudian dikumpulkan di barak, yang letaknya tidak jauh dari Koloseum dan masuk melalui koridor khusus menuju tempat pertunjukan.
Waktu makan siang didedikasikan untuk mengeksekusi para penjahat dan penghujat (orang Kristen masuk dalam daftar ini). Mereka dianggap melakukan penistaan dan pengkhianatan, karena menolak melakukan ritual agama negara (pagan) dan menolak menyembah Kaisar. Eksekusi yang sangat merendahkan dan menyakitkan, tujuannya memberikan efek jera bagi yang lainnya.
Puncak acaranya adalah sore hari, saat pertarungan antar gladiator. Pertarungan tanpa batas waktu, akan terus berlanjut sampai seorang gladiator menyerah atau mati. Saat bertarung, gladiator juga memiliki gaya dan jenis baju tersendiri. Beberapa diantaranya: Reziari, mirmilloni, traci, secutor dan lain – lain. Supaya berjalan adil dan sesuai aturan, pertarungan ini diatur dan diawasi oleh wasit.
Pertunjukan gladiator mulai dilarang sekitar abad ke-4 M, ketika Kaisar Constantine I berkuasa. Namun di kota – kota yang jauh dari Kaisar dan Istana Roma, pertunjukkan gladiator masih tetap berlanjut. Setelah Dinasti Theodosi berkuasa, permainan gladiator dan kekhasan lain dari dunia pagan kuno akhirnya menghilang. Arrivederci..
Trailer Ludus Magnus di kota Roma:
Sumber :