Indovoices.com-Berbagai negara di dunia saat ini sedang berjibaku melawan pandemi virus corona yang terus memakan korban jiwa. Namun, satu negara di Asia Tengah, Turkmenistan, mengklaim belum ada satu pun kasus positif virus corona di negaranya. Benarkah faktanya demikian?
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya sudah ada 1.214.466 orang di dunia yang terjangkit COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2 dan 67.767 orang meninggal. Sudah ada 211 negara, area atau wilayah yang memiliki kasus positif.
Menurut laporan BBC, sampai saat ini setidaknya ada 18 negara yang belum melaporkan kasus positif COVID-19, dan salah satunya adalah Turkmenistan. Tetapi bisakah kita mempercayai angka-angka yang diberikan oleh pemerintah Turkmenistan yang terkenal karena sensornya?
Banyak para ahli yang khawatir bahwa pemerintah Turkmenistan menyembunyikan kebenaran tentang virus corona di negaranya. Profesor Martin McKee dari London School of Hygiene and Tropical Medicine telah mempelajari sistem perawatan kesehatan di Turkmenistan dan menemukan bahwa data mereka tidak dapat dipercaya.
“Selama dekade terakhir mereka mengklaim tidak memiliki orang yang hidup dengan HIV/AIDS, sebuah angka yang tidak masuk akal. Kami juga tahu bahwa, pada tahun 2000-an, mereka menekan bukti serangkaian wabah, termasuk Pes,” kata McKee.
Meski terlihat santai, pemerintah Turkmenistan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kemungkinan pandemi virus corona masuk ke negaranya. Turkmenistan juga sudah melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga yang berada di bawah PBB (Persatuan Bangsa-bangsa).
Koordinator Residen PBB, Elena Panova, menjelaskan Turkmenistan sudah melakukan berbagai upaya mencakup koordinasi tingkat negara, komunikasi risiko, investigasi kasus, diagnostik laboratorium, dan langkah-langkah lainnya.
Panova tidak memberikan keterangan yang jelas soal apakah PBB mempercayai angka resmi yang menunjukkan Turkmenistan tidak memiliki kasus positif COVID-19. Ia menerangkan langkah-langkah awal untuk membatasi perjalanan mungkin berkontribusi pada kurangnya kasus yang dikonfirmasi.
“Kami mengandalkan informasi resmi karena inilah yang dilakukan semua negara,” kata Panova. “Tidak ada masalah kepercayaan karena itu cara kerjanya.”
Menurut laporan, Turkmenistan memang menutup sebagian besar perbatasan darat lebih dari sebulan lalu. Mereka juga membatalkan penerbangan ke China dan beberapa negara lain pada awal Februari, mengalihkan semua penerbangan internasional dari ibu kota Ashgabat ke Turkmenabat, tempat zona karantina.
Namun, menurut beberapa penduduk, beberapa orang dapat bebas keluar dari zona karantina sebelum 14 hari dengan menyuap petugas. Banyak orang di Turkmenistan bahkan takut berbicara atau berpendapat bahwa penyakit COVID-19 mungkin sudah ada di negara tersebut.
Di saat banyak negara mengimbau masyarakatnya melakukan physcial distancing atau mengurangi aktivitas di luar rumah, kehidupan sehari-hari di Turkmenistan tampak seperti biasa. Kafe dan restoran tetap buka. Masih ada kerumunan orang dan resepsi pernikahan masih dibolehkan, serta tidak ada kewajiban memakai masker.
Namun, perjalanan antar kota telah dibatasi dan mereka yang memasuki kota Ashgabat sekarang harus memiliki catatan dokter. Pasar dan kantor telah dilakukan disinfeksi dengan cara pengasapan dari rumput yuzarlik, yang digunakan dalam pengobatan herbal.
Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdymukhamedov, mengatakan membakar rumput yuzarlik akan menangkal virus corona, meskipun tidak ada bukti untuk membenarkan hal tersebut.
Seberapa siap sistem kesehatan Turkmenistan hadapi COVID-19
Panova lagi-lagi tidak bisa memberikan penjelasan yang lengkap soal sistem kesehatan Turkmenistan dalam menghadapi virus yang menyerang sistem pernapasan ini.
“Kami tidak tahu,” ujar Panova, mengakui.
“Kami telah diberitahu bahwa mereka memiliki tingkat kesiapan tertentu dan kami tidak meragukannya … karena rumah sakit di sini dilengkapi dengan sangat baik,” tambahnya.
Panova mengatakan semua orang yang tiba di negara itu dan mereka yang menunjukkan gejala sedang diuji untuk COVID-19. Namun, dia tidak bisa memberikan angka pasti berapa banyak tes yang dilakukan dalam sehari dan berapa banyak test kit yang dimiliki Turkmenistan secara keseluruhan.
“Apa yang kami pahami saat berbicara dengan pejabat pemerintah adalah bahwa mereka memiliki tes yang cukup,” terangnya.
Ada alasan yang kuat dan mengindikasikan bahwa pemerintah Turkmenistan mungkin berusaha menyembunyikan kasus pandemi COVID-19, walaupun ada warganya yang terinfeksi.
Presiden Berdymukhamedov telah membangun citra kesehatan yang menjadi bagian penting dari Turkmenistan dan bagian dari kultus kepribadiannya. Berdymukhamedov yang dikenal otoriter sering mengkampanyekan gerakan “kesehatan dan kebahagiaan”.
Berdymukhamedov sering tampil di televisi dengan adegan mengangkat beban di gym atau bersepeda. Para pegawai negeri sipil (PNS) Turkmenistan dengan seragamnya yang identik sering melakukan olahraga setiap pagi.
Jika pandemi COVID-19 menjangkiti Turkmenistan, diyakini bisa saja merusak citra yang dibangun Berdymukhamedov dan akan berdampak pada posisi dan kekuasaannya sebagai presiden yang telah menjabat selama 14 tahun sejak 2006.(msn)