Indovoices.com –Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim tak ingin pendidikan Pancasila sekadar menghafal butir-butir atau lima sila yang ada.
Ia berharap seluruh siswa mengamalkan nilai-nilai Pancasila dari pendidikan yang didapat di sekolah.
“Pancasila sampai hari ini menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan kebijakan dan pengendali relasi sosial di masyarakat, sehingga kami menginginkan pendidikan Pancasila yang lebih dari sekedar hafalan butir-butir sila,” kata Nadiem dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia.
Nadiem mengatakan, pada kenyataannya pendidikan Pancasila di sekolah yang diterima para siswa cenderung berjarak dari kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, nilai dan gagasan mulia dari Pancasila tidak mampu diinternalisasi.
Untuk menjembatani jarak tersebut, kata Nadiem, pihaknya menyusun konsep profil pelajar Pancasila.
Konsep ini terdiri dari enam komponen yakni beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kristis, dan kreatif.
Beriman kepada Tuhan dan berakhlak mulia menjadi acuan untuk membentuk karakter siswa yang memiliki integritas, spiritualitas, dan moralitas.
Sementara, berkebinekaan global dibutuhkan untuk berkompetisi secara global, mentoleransi sekaligus mencintai perbedaan.
Selanjutnya, gotong royong menjadi salah satu karakter bangsa untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan global melalui kerja sama dan kolaborasi.
Pada saat yang sama, kemandirian dibutuhkan guna mencapai cita-cita dan kemauan untuk terus belajar.
Kemudian, bernalar kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah di berbagai aspek kehidupan. Sementara, kreativitas tidak hanya dimaknai di bidang seni atau budaya, tetapi juga kreatif mengambil keputusan saat menghadapi situasi baru.
“Pendidikan Pancasila di bawah payung Merdeka Belajar dirancang dengan konsep link and match antara enam komponen profil pelajar Pancasila dengan kehidupan sehari-hari saat ini dan masa depan,” tutur Nadiem.
Nadiem pun berpesan kepada para guru untuk tidak hanya meminta siswanya menghafal butir-butir Pancasila, tetapi menjadi pendidik dan contoh pembelajar sepanjang hayat, juga sebagai warga negara yang mampu memahami, memaknai, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Namun demikian, menurut Nadiem, pembelajaran pendidikan Pancasila bukan hanya tanggung jawab guru semata, tapi seluruh pihak.
“Pendidikan Pancasila bukan hanya menjadi tugas guru mata pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) tetapi merupakan tanggung jawab kita semuanya,” kata dia.
Untuk diketahui, survei Indikator Politik Indonesia menemukan bahwa mayoritas anak muda menilai PMP dan PPKn penting untuk dimasukkan dalam mata pelajaran di sekolah.
Sebanyak 82,3 persen anak muda menilai bahwa pendidikan tersebut semestinya diajarkan sejak sekolah dasar (SD).
Adapun survei yang digelar Maret 2021 ini melibatkan 1.200 responden berusia 17-21 tahun.
Survei dilakukan melalui telepon dan memiliki toleransi kesalahan atau margin of error kurang lebih sebesar 2,9 persen.