Masa Depan Indonesia Bersama Jokowi
58 tahun yang lalu, Rumah Sakit Brayat Minulyo, yang terletak di Jalan Doktor Setiabudi, menjadi saksi bisu atas lahirnya seorang bayi yang diberi nama Mulyono.
Rumah sakit ini sudah berdiri sejak 8 Desember 1949 di wilayah Solo, Jawa Tengah. Sebelumnya merupakan balai pengobatan dan rumah bersalin dengan kapasitas hanya enam tempat tidur, yang dirintis dan dikelola oleh suster-suster Biarawati Karya Kesehatan.
Tidak ada yang menyangka bila si Mulyono kecil yang sering sakit-sakitan ini kelak akan menjelma menjadi salah satu orang terpenting di Republik ini. Karena sering sakit-sakitan, si Mulyono kecil namanya kemudian diganti menjadi Joko Widodo hingga sekarang.
Setelah memimpin, Jokowi mengembangkan gaya ekonomi yang sama sekali berbeda dengan para pemimpin sebelumnya. Dalam apa yang disebut Eve Warburton dari Universitas Nasional Australia sebagai developmentalisme gaya Jokowi, atau kadang-kadang juga disebut sebagai “Jokowinomics“. Ekonomi di bawah Jokowi yang condong ke arah percepatan pembangunan infrastruktur dan membangun kapasitas industri untuk meningkatkan daya saing Indonesia menjadi salah satu ciri khasnya.
Keberhasilan Jokowi dalam menjalankan ekonomi dalam masa jabatan pertamanya sangat menonjol. Di mana ia mampu mengatasi defisit fiskal dan menaikkan peringkat investasi Indonesia untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir.
Indonesia juga berhasil menjadi negara dengan Produk Domestik Bruto bernilai satu triliun dolar di Asia Tenggara yang dicapai selama masa jabatan pertama Jokowi. Keberhasilannya dalam membatasi harga barang kebutuhan pokok, menghasilkan pekerjaan dan membangun infrastruktur baru. Terbayar dengan terpilihnya kembali Jokowi untuk periode kedua.
Namun bukan berarti tugas Jokowi di periode kedua ini sudah selesai dan tinggal menikmati hasilnya. Perjalanan masih panjang, dari sederet keberhasilan justru muncul berbagai tantangan yang tidak kalah berat kalau tidak mau disebut lebih berat untuk diselesaikan oleh Jokowi.
Jutaan orang Indonesia masih hidup dengan kurang dari satu dolar per hari. Pertumbuhan ekonomi yang cepat tetapi tidak cukup cepat bagi negara berpenduduk 260 juta jiwa ini. Masih banyak orang-orang berusia muda (produktif) yang merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan, sebagian karena mereka tidak memiliki keterampilan kejuruan dan keahlian dasar untuk mendapatkan pekerjaan.
Ini menjadi salah satu tugas utama Jokowi, dengan memberikan anggaran lebih ke sektor pendidikan dan mengalihkan fokus dari sebelumnya ke infrastrukur beralih ke pengembangan sumber daya manusia.
Di sektor lain, walau Jokowi telah membuat kemajuan dalam reformasi birokrasi di beberapa bidang – seperti pemungutan pajak dan izin usaha, tetapi masih banyak birokrasi yang harus direformasi, akibat peraturan yang sangat rumit dan birokrasi mengenai area-area seperti izin lahan dan menderita korupsi endemik. “Daftar investasi negatif” Indonesia juga berarti bahwa tidak semua sektor ekonomi dapat diakses oleh investor asing.
Ini akan menjadi bagian dari agenda reformasi birokrasi Jokowi dalam masa jabatan keduanya, di mana ia akan terus berupaya meningkatkan kemudahan berbisnis di Indonesia. Indonesia saat ini berada di peringkat ke-73 secara global berdasarkan peringkat tahunan Bank Dunia.
Dari luar negeri, Jokowi juga harus menghadapi imbas perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Efek perang dagang bukanlah satu-satunya yang mendera perekonomian Indonesia. Ketidakpastian ekonomi global, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan Tiongkok, ditambah kemerosotan komoditas berimbas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak kunjung beranjak dari angka sekitar 5 persenan per tahun.
Padahal Jokowi bertekad membawa Indonesia masuk menjadi negara yang memiliki PDB 2 triliun dolar dalam lima tahun ke depan dan 10 ekonomi teratas pada 2030 atau lebih awal. Yang dapat diterjemahkan sebagai upaya Jokowi untuk mengangkat Indonesia dari status negara berkembang ke status negara maju.
Bank Dunia memperkirakan bahwa Indonesia masih memiliki defisit infrastruktur sebesar $ 1,5 triliun. Meskipun ada program senilai $ 327 miliar untuk membangun bandara, jalan raya, dan pelabuhan baru. Masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan Indonesia, guna menghubungkan kepulauan dan mengakselerasi perpindahan logistik.
Walaupun Indonesia memiliki tenaga kerja yang sangat besar, Jokowi masih belum mampu mengoptimalkan Indonesia sebagai salah satu pusat manufaktur dunia. Undang-undang ketenagakerjaan Indonesia tidak mengalami banyak perubahan dalam kurun waktu itu, yang merupakan salah satu alasan stagnasi di bidang manufaktur dan kegagalan untuk menarik investasi asing langsung ke sektor ini.
Mahalnya biaya untuk mempekerjakan dan memecat pekerja di Indonesia karena pasal-pasal yang menjamin pembayaran pesangon yang besar dan kontrak permanen. Karena itu, masih banyak pengusaha memilih mengatur kegiatan operasi manufakturnya di negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam. Kegagalan untuk menarik investasi dan mendorong manufaktur menjadi alasan lain mengapa target pertumbuhan belum terealisasi.
Padahal Jokowi sendiri sangat tertarik pada perusahaan yang dapat berinovasi dan berinvestasi di Indonesia untuk mengembangkan pekerjaan yang lebih terampil. Dia juga sangat mendukung perusahaan yang ingin berkonstribusi dan membantu Indonesia mengembangkan infrastrukturnya – dari jalan tol ke pelabuhan, bandara, dan energi.
Dengan fokus manufaktur sekarang, bisnis yang dapat berkontribusi pada sektor ini juga akan disambut dengan tangan terbuka oleh pemerintah. Secara umum, perusahaan akan terus didorong dan secara hukum diminta untuk memberikan manfaat kembali kepada masyarakat setempat, tempat mereka bekerja melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Secara keseluruhan, hanya tersisa waktu lima tahun bagi beliau untuk menyelesaikan sebegitu banyak pekerjaan rumah yang rasanya tidak mungkin dapat terselesaikan dalam waktu sesingkat itu. Apalagi masih ada tugas tambahan berupa pembasmian terhadap kaum radikalis yang sudah menyelusup hingga ke berbagai instansi pemerintah untuk menggerogoti negara dari dalam.
Hanya ada dua opsi, yang pertama adalah mencari pemimpin yang mampu melanjutkan visi dan misi yang sudah digariskan Jokowi. Pemimpin yang benar-benar dapat diandalkan bekerja untuk kepentingan rakyat. Pemimpin yang benar-benar Bersih, Transparan dan Profesional dalam melaksanakan tugasnya, yang mana hal ini masih sulit untuk ditemukan mengingat Jokowi telah menetapkan standar yang sangat tinggi bagi kriteria kepemimpinan di negara ini, melampaui pemimpin-pemimpin sebelumnya.
Yang kedua adalah meminta Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya kembali satu periode lagi hingga 2029 sambil menunggu munculnya tokoh yang mampu meneruskan estafet garis kebijakan Jokowi. Toh dengan usia 58 tahun, Jokowi masih terbilang muda dan memiliki semangat yang cukup untuk memimpin Indonesia hingga 2029 nanti.
Setujukah Anda?
Selamat Ulang Tahun Ke-58 (21 Juni 2019)
Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo
Di pundakmu kami menggantungkan impian dan harapan untuk membawa kami menuju Indonesia maju