Indovoices.com –Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengakui pandemi Virus Corona (COVID-19) mendatangkan kesulitan bagi seluruh umat manusia.
Meski demikian, Mahfud menilai di sisi lain Covid-19 juga membawa hikmah dari banyak sisi.
Mahfud MD mengatakan hal tersebut dalam webinar bertajuk ‘Ekonomi dan politik, pandemi sebagai momentum perubahan kebijakan ekonomi pro-pemerataan’ yang diselenggarakan Lembaga MMD Initiative, di Jakarta, Sabtu (26/6).
Menurut Mahfud, tidak ada negara yang siap menghadapi pandemi COVID-19 dan tidak ada yang menyangka pandemi begitu serius, meluas dan berlangsung lama.
“Akhir Desember di Wuhan, di Indonesia masih tenang. Indonesia sampai akhir Februari masih cukup santai menanggapi ini.”
“Bahkan 28 Februari 2020, dalam sebuah jurnal Internasional, kita disebut satu-satunya negara besar di Asia yang belum dimasuki COVID-19,” ucapnya.
Tetapi kemudian, lanjut Mahfud MD, pada 2 Maret 2020 ditemukan kasus penularan COVID-19 yang kemudian berubah menjadi besar dan serius.
Hal itu mulai memunculkan masalah ekonomi dan politik.
Menurut Mahfud, pemerintah mana pun, termasuk Indonesia, tentunya ingin menyelesaikan pandemi secepatnya.
Karena itu, berbagai upaya apa pun dilakukan, salah satunya anggaran difokuskan guna penanganan pandemi.
Bahkan, kata dia, pemerintah sampai menerbitkan perppu untuk penanganan COVID-19.
Pemerintah pun sempat dituding tengah mempersiapkan instrumen untuk korupsi, padahal anggaran itu benar-benar untuk menangani COVID-19.
“Saat awal, semua negara tidak siap. Alat pelindung diri (APD), masker, obat, semua diborong, dimonopoli. Pemerintah mana pun kesulitan,” kata Mahfud.
Karena berbagai kesulitan itu lanjut Mahfud, akhirnya tampak hikmah dari pandemi, dengan munculnya kreativitas dari masyarakat, yang didukung oleh pemerintah.
Produk masker, APD, obat dari dalam negeri dan kreativitas di bidang ekonomi lainnya hadir ikut menangani dampak pandemi.
Kemudian, di bidang pendidikan, menurutnya, muncul ide belajar virtual yang dapat diterapkan.
Bahkan, bukan hanya pada saat pandemi saja, meskipun awalnya dirasa cukup menyusahkan.
“Kelas jarak jauh dulu dilarang pemerintah. Karena pandemi, kita bisa mengikuti tuntutan perkembangan dengan kreasi yang baru,” tuturnya.
Hikmah selanjutnya kata dia, juga muncul di bidang birokrasi penataan keuangan.
Mahfud mencontohkan sebelumnya, kementerian dan lembaga amat susah mengeluarkan uang atau anggaran, karena terlampau banyak aturan.
Pemerintah bisa salah kalau tidak segera mengeluarkan anggaran, tetapi juga bahaya kalau anggaran dikeluarkan sembarangan.
“Akhirnya dibuat lah aturan yang lebih substantif, bukan formalistik, sekarang tidak perlu pakai materai.”
“Sekarang bantuan langsung tunai dikirim langsung ke rekening. Ini variasi yang bagus,” ucapnya.
Selain itu, kondisi pandemi juga memunculkan efisiensi birokrasi lainnya seperti kemudahan melakukan rapat-rapat teknis yang tidak perlu menghabiskan banyak anggaran.
“Keputusan nasional bisa dilakukan dengan virtual. Rapat dengan birokrasi di daerah manapun. Dua jam masalah nasional selesai, tanpa perlu ada dari daerah membawa banyak macam staf ke Jakarta,” ucapnya.
Soal upaya penanganan COVID-19, Mahfud MD juga tidak lupa mengajak seluruh masyarakat agar tetap mematuhi aturan pemerintah dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Sekarang kasus di atas 20.000, angka kematian juga tinggi.”
“Menghadapi teror COVID-19 kali ini, kita semua harus berhati-hati, ikutilah aturan pemerintah, patuhi protokol kesehatan.”
“Sebab, yakinlah, ketentuan pemerintah selalu dikeluarkan berdasar pertimbangan yang komprehensif,” pungkas Mahfud MD.