Indovoices.com –Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) merancang inovasi prototipe pesawat tanpa awak alias drone untuk membantu memutus rantai penularan virus corona. Drone ini dapat difungsikan untuk membantu penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah.
Diberi nama Hybrid Quadplane UAV, drone ini berjenis unmanned-aircraft vehicle system (UAV) yang amat meminimalkan peran manusia dalam mengoperasikannya.
Ketua tim riset, Adam Sultansyah, mengutarakan bahwa pesawat ini dapat melakukan real-time video monitoring untuk mengawasi kerumunan orang.
“Di PSBB itu ada peraturan untuk tidak boleh berkumpul lebih dari lima orang. Tapi, pengawasan penerapannya belum efektif,” terang Adam.
“Jangkauan pengawasan masih terbatas dan belum mengakses daerah-daerah sulit, patroli dengan orang pun bisa meningkatkan penyebaran virus corona ke petugas,” lanjut Adam.
Adam menjelaskan, video monitoring dari drone ini mampu mengidentifikasi objek secara otomatis. Melalui program komputer, drone dapat menemukan suatu kerumunan orang.
“Kita buat drone yang bisa lakukan video monitoring dari atas. Jadi dari video itu kelihatan yang berkerumun di mana saja. Ditambah (teknologi) people detection, drone ini bisa mendeteksi suatu kumpulan orang lebih dari lima dan mengeluarkan suara imbauan untuk membubarkan diri,” lanjut Adam.
Tim riset mahasiswa UI juga merancang agar drone ini memiliki kemampuan vertical takeoff layaknya helikopter.
“Pesawat (untuk video monitoring) biasanya butuh landasan pacu untuk takeoff dan landing, tapi ini tidak cocok untuk diterapkan di perkotaan. Rancangan yang paling tepat yaitu quadplane, jadi bisa vertical takeoff dan landing,” jelas Adam.
Pesawat tanpa awak tersebut dirancang agar dapat terbang secara otonom selama 30 menit. Pengguna hanya perlu menentukan jalur terbang pesawat yang bisa dilakukan dari jarak jauh. Estimasi tim menunjukkan bahwa pesawat ini dapat terbang dalam radius 1 kilometer x 1 kilometer.
Sementara untuk memberikan peringatan, drone akan dilengkapi dengan speaker.
“Metode peringatannya sendiri dari speaker yang diatur untuk mengeluarkan anjuran untuk membubarkan diri,” jelas mahasiswa Teknik Mesin UI, Viliasio Sirait, yang juga merupakan bagian dari tim riset.
“Dengan pesawat ini, diharapkan pengawasan yang awalnya membutuhkan sumber daya manusia aparat dan kendaraan akan bisa digantikan dengan pesawat ini dan satu orang operator yang tidak perlu berpindah tempat,” lanjut Viliasio.
Berkat inovasi ini, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) memberikan penghargaan terhadap pengembangan drone tersebut. Penghargaan ini adalah bagian dari ajang “COVID-19 INA IDEAthon” dari Kemenristek.
Inovasi drone tim mahasiswa UI mengalahkan 5.590 proposal lainnya dari seluruh Indonesia. Kemenristek pun memberikan pendanaan bagi tim untuk melanjutkan riset pesawat tanpa awak buatannya.
“Tujuan akhirnya kita berharap bisa bantu pemerintah melakukan pengawasan PSBB yang lebih efektif,” terang Adam, soal tujuan akhir riset ini.
“Dari video monitoring bisa terlihat semua, yang berkerumun di daerah mana saja, pemangku kebijakan juga bisa lihat di mana yang masih berkerumun, jadi bisa untuk bahan evaluasi penerapan PSBB juga,” pungkasnya.(msn)