Indovoices.com –Menteri-menteri Presiden Jokowi mulai intens berburu vaksin corona. Para pembantu presiden ini mulai bergerilya ke berbagai negara dan benua demi menyelesaikan pesanan vaksin, termasuk menyetorkan uang muka (down payment) untuk produk tersebut.
Sejumlah menteri yang aktif melakukan lobi-lobi ke luar negeri adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, hingga Menteri BUMN Erick Thohir. Ke negara mana saja perburuan vaksin mereka?
Luhut dan Terawan ke China
Luhut dan Terawan kebagian untuk mencari vaksin ke China. Keduanya bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Yunan, China, pada 9-10 Oktober 2020.
Dalam siaran pers Kemenko Marves, Senin (12/10), pertemuan Luhut, Terawan, dan Wang Yi, disepakati pasokan vaksin untuk Indonesia telah tersedia mulai November 2020. Ada dua perusahaan China yang akan memasok vaksin tersebut.
Untuk tahun ini, Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin corona hingga akhir Desember 2020. Pengiriman 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk. Lalu, pada 2021 sebanyak 125 juta (dual dose).
Sedangkan CanSino menyanggupi 100.000 vaksin (single dose/dosis tunggal vaksinasi) pada November 2020. Lalu sebanyak 15-20 juta akan dikirim tahun depan.
“Pada tahap awal, kami akan memberikan prioritas vaksin kepada mereka yang di garda terdepan, yaitu medis dan paramedis, pelayanan publik, TNI/Polri, dan seluruh tenaga pendidik,” kata Menkes Terawan di sela pertemuan dengan delegasi China di Yunan.
Retno Marsudi dan Erick Thohir ke Eropa
Retno dan Erick Thohir akan terbang ke Swiss dan Inggris untuk menindaklanjuti pesanan vaksin. Pengadaan vaksin ini dilakukan dengan kerja sama bilateral kepada kedua negara, sama seperti Luhut dan Terawan ke China. Sebelumnya, pada bulan Agustus 2020, Erick dan Retno juga melakukan lobi ke China untuk membahas vaksin corona dan bertemu Menlu Wang Yi.
“Sebentar lagi bersama dengan Menteri BUMN dan tim Kementerian Kesehatan, saya akan berangkat menuju ke London, Inggris dan kemudian dilanjutkan ke Bern dan Jenewa Swiss,” kata Retno konferensi dalam pers virtual, Senin (12/10).
Di Swiss dan Inggris, kata Retno, akan bertemu Menlu Inggris dan Wapres Swiss. Lawatan ke kedua negara adalah ini rangkaian kunjungan luar negeri Retno dan Erick kedua dalam rangka mengamankan vaksin corona.
Swiss merupakan kantor pusat WHO dan GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization), yang akan memberikan vaksin dengan skema COVAX Facility. Menurutnya, Indonesia terus berkomunikasi secara intensif dengan GAVI termasuk dalam kaitan waktu ketersediaan vaksin, harga dan sebagainya.
Salah satu vaksin yang diincar Indonesia dari Inggris adalah buatan AstraZeneca. Semalam, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia akan mendapatkan sebanyak 100 juta dosis vaksin. Uang muka akan dibayar pemerintah akhir bulan ini kepada AstraZeneca.
“Pemerintah akan membayar down-payment 50 persen di akhir bulan ini, kira-kira biaya yang dikeluarkan untuk itu USD 250 juta,” kata dia dalam webinar yang digelar Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada, Minggu (11/10).
Erick Thohir dan Retno Juga Cari Vaksin ke Uni Emirat Arab
Sebelumnya, kedua Menteri Jokowi ini juga berkunjung ke Uni Emirat Arab untuk berburu vaksin corona. Perusahaan yang bersedia memasok vaksin untuk Indonesia bernama Sinopharm atau G42.
Dilaporkan, Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose/dua dosis vaksinasi) tahun ini, dan yang 5 juta dosis akan mulai datang pada November 2020. Sedangkan di tahun depan perusahaan mengusahakan untuk memasok 50 juta (dual dose).
Vaksin-vaksin impor ini akan diberikan ke BUMN Farmasi seperti Bio Farma dan Indofarma. Setelah uji klinis tahap ketiga selesai, vaksin akan disuntikkan ke masyarakat secara massal tahun depan.
Selain BUMN, perusahaan swasta juga diajak pemerintah untuk impor vaksin. Salah satunya adalah PT Kalbe Farma Tbk bekerja sama dengan perusahaan farmasi Korea Selatan, Genexine Inc.
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius mengungkapkan, saat ini pengembangan vaksin tersebut tengah masuk uji klinis fase kedua. Jika tidak ada halangan, dia yakin vaksin ini bisa diimunisasikan secara massal tahun depan.
“Mudah-mudahan kuartal 4 sudah berjalan di Indonesia. Harapannya, kalau sesuai rencana, di pertengahan 2021 vaksin sudah siap,” kata dia dalam konferensi pers Kalbe Farma dan PT Amarox Pharma Global secara virtual, Kamis (1/10).(msn)