Indovoices.com- Saat ini masyarakat tengah memasuki era disrupsi, di mana perubahan terjadi sangat cepat. Maka diperlukan strategi untuk menghadapi perubahan yang dirasakan pada pelbagai lini kehidupan, termasuk bagi mereka yang berada di dunia pendidikan.
Hal ini dibahas dan dipetakan dalam panel Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), di Jakarta. Diskusi yang dipandu oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Arskal Salim ini dilaksanakan usai pembukaan Annual International Conference On Islamic Stuides (AICIS) 2019.
Sekurangnya, terdapat lima strategi yang dapat dilakukan PTKIN untuk menghadapi era disrupsi yang diungkapkan oleh para panelis.
Pertama, peningkatan spiritual imun bagi mahasiswa. “Perlu meningkatkan spiritual imun, yang dilakukan dengan memberikan motivasi kepada mahasiswa, melakukan komunikasi dan memberikan bimbingan konseling,” ujar Rektor IAIN Kendari Faizah.
Kedua, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis menawarkan strategi peningkatan etos belajar mahasiswa. “Menghadapi tantangan era disrupsi, mahasiswa perlu dimotivasi untuk meningkatkan kemauan belajarnya,” ujar Amany.
Ketiga, kemauan belajar ini juga perlu didukung oleh penguatan literasi digital. Hal ini diungkapkan Rektor IAIN Bukit Tinggi Ridha Ahida. Keempat, Ridha juga menambahkan, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki civitas akademica PTKIN perlu dibingkai dalam ketaatan pada kode etik.
“Seluruh civitas akademika, harus taat dengan peraturan tersebut. Baik mahasiswa, dosen, ataupun lainnya,” kata Ridha.
Kelima, Rektor IAIN Ponorogo S. Maryam Yusuf menyampaikan bahwa karakter baik menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari mahasiswa.
Menurutnya, jika karakter baik tak membersamai manusia dalam kemajuan digital ini tentu dampak negatifnya membahayakan. “Kemajuan digital harus dibarengi pembentukan karakter baik,” kata Maryam.
Ia mencontohkan ada orang yang melakukan pencurian bank melalui digital dengan harta yang diambil berjumlah sangat banyak. Ini disebabkan meskipun memiliki kemampuan yang mumpuni, orang tersebut tidak memiliki karakter pribadi yang baik.
Maryam menyatakan bahwa sufi atau tasawuf menjadi salah satu alternatif dalam menangkal karakter negatif sekaligus meningkatkan karakter positif mahasiswa di tengah arus globalisasi yang begitu derasnya mengalir di era digital ini.(jpp)