Indovoices.com-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai dentuman yang terdengar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) bukan berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Suara tersebut berasal dari suara gemuruh beruntun petir yang kebetulan bersamaan.
“Kemungkinan dari adanya aktivitas petir di daerah ini (Jabodetabek) dengan waktu yang hampir bersamaan dengan letusan itu,” kata Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI Nugroho Dwi Hananto .
Apalagi, kata dia, suara letusan gunung tak terdengar di daerah pesisir selatan Lampung dan sekitarnya. Padahal daerah tersebut lebih dekat dengan Gunung Anak Krakatau.
“Soalnya letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak terlalu besar, kurang bisa membangkitkan energi suara untuk sampai ke Jabodetabek,” ucap Nugroho.
Fenomena gemuruh petir tersebut bisa jadi berbeda dengan petir pada umumnya. Sebab, kejadiannya amat dekat, besar, dan beruntun.
“Kan lokal daerah situ (Jabodetabek) ada yang hujan. Sehingga dirasa menggelegar begitu seperti dentuman,” ungkapnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan dentuman yang terdengar beberapa kali di wialayah Jabodetabek bukan dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Data itu didapat dari hasil pemantauan muka laut dan seismik BMKG.
“Hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, Jakarta, Sabtu, 11 April 2020.
BMKG mencatat ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda dengan magnitudo 2,4 pada pukul 22.59 WIB, Jumat, 10 April 2020. Titik gempa terletak pada koordinat 6,66 lintang selatan (LS) dan 105,14 bujur timur (BT).
Lokasi gempat tepatnya berada di laut pada jarak 70 kilometer (km) arah selatan barat daya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13 km. Kekuatan gempa tidak signifikan dan tidak dirasakan masyarakat.
Sejumlah pakar berpendapat dentuman berpotensi berhubungan dari Gunung Anak Krakatau. Dentuman yang terdengar masyarakat di wilayah Jabodetabek diduga akibat longsoran dari bawah tanah. Longsoran yang dipicu deformasi batuan dinilai dapat disertai pelepasan energi yang terdengar sebagai dentuman.(msn)