Indovoices.com– Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar pameran seni rupa. Pada tahun kedua penyelenggaraan ini, sebanyak lima puluh karya seni rupa koleksi negara dipamerkan pada Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional #2. Pameran bertemakan Lini Transisi, berlangsung selama Agustus 2019, di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta. Menariknya, terdapat sinergi antarlembaga dalam penyelenggaraan perhelatan kali ini, meliputi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Bank Indonesia.
Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjenbud) Kemendikbud, Hilmar Farid, menjelaskan bahwa pameran karya seni rupa koleksi negara sangat penting untuk mendukung perjalanan karya seni rupa di Indonesia. “Ini pameran yang istimewa, tadi sudah dikatakan bukan hanya bagus tapi juga penting karena menampilkan koleksi yang dimiliki oleh negara,” ujar Dirjen Hilmar, di Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Menurutnya, pameran ini sebagai ajang untuk berbagi informasi seni bagi masyarakat umum. “Pameran ini menjadi penting karena menghadirkan karya terbaik dari seniman terbaik yang turut mewarnai perjalanan seni rupa di Indonesia, namun selama ini belum banyak diketahui publik,” jelasnya. Sehingga, lanjut Hilmar, upaya untuk menggali informasi sangatlah penting karena masih banyak institusi di negara ini yang menyimpan karya-karya tersebut untuk memajang, memasang, dan memeliharanya. Tetapi informasi mengenai keberadaan karya-karya tersebut masih belum diketahui.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Puspanto mengatakan bahwa ide pameran ini muncul karena ingin menyajikan tempat apresiasi yang membahagiakan dari masyarakat, untuk seniman yang menghasilkan sebuah karya baik yang ada di koleksi institusi pemerintah atau dari pihak manapun. “Ide ini tentunya sesuai dengan institusi nasional ingin menjadikan tempat apresiasi yang membahagiakan dari masyarakat, kepada karya-karya para seniman yang ada dimanapun. Tentunya juga yang ada dan dikoleksi institusi pemerintah,” ujar Puspanto.
Nantinya, Dirjen Hilmar berharap, agar dapat mempersiapkan segi keamanan dan manajemen untuk mendukung sirkulasi koleksi seni rupa nasional. “Saya kira, pameran malam ini sudah menandai bahwa setidaknya secara konseptual dari segi pemikiran dan tekad kami siap. Hanya saja sekarang perlu mengasah tentunya kemampuan kita, baik di bidang manajerial dan juga keamanan yang saya kira sangat-sangat penting untuk memastikan bahwa cita-cita itu nanti bisa terwujud,” tutup Hilmar.
Pameran ini turut mengundang tim kurator seni rupa Indonesia, terdiri dari Suwarno Wisetrotomo, Rizki A. Zaelani, Teguh Margono, dan Bayu Genia Krishbie. Para kurator mengungkapkan pameran bukan sebatas menunjukkan karya indah dari seni rupa, tetapi terdapat tiga nilai penting. Pertama, pameran menghadirkan karya dan informasi penting bagi masyarakat. Kedua, pameran sebagai ajang membangun kesadaran untuk mencintai negeri melalui karya seni rupa. Ketiga, pameran ini menjadi bagian dari pertanggungjawaban negara kepada publik, karena karya-karya yang ditampilkan di pameran tersebut diyakini didapatkan melalui uang rakyat, baik dalam bentuk hibah atau pembelian sehingga publik bisa memberikan respon, kritik, dan masukan, karena ini akan menjadi bagian dari jejak peradaban.
“Pameran ini menjadi bagian dari pertanggungjawaban institusi negara kepada publik dan publik berkesempatan memberikan respon, memberikan kritik, memberikan masukan. Betapa pun ini menjadi bagian dari jejak peradaban dan kami meyakini karya-karya ini menjadi bagian penting dari sejarah kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangan negeri yang kita cintai bersama ini. Betapa pun karya-karya yang ada di sana, bagaimanapun mendapatkannya, kita meyakini bahwa itu didapatkan melalui entah itu hibah atau membeli melalui uang rakyat,” ujar Suwarno. (jpp)