Indovoices.com-Konsorsium PT Cardig Aero Services Tbk, Changi Airports International Pte Ltd, dan Changi Airports MENA Pte Ltd akan mengelola Bandara Komodo selama 25 tahun mulai Mei 2020. Mereka akan menginvestasikan dana Rp 1,23 triliun untuk pengembangan bandara di destinasi pariwisata premium tersebut.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah akan mempercepat status internasional bagi bandara tersebut. “Kami rencanakan status internasional 2021 tetapi saya diminta Pak Tama (Menparekraf) kalau bisa lebih cepat. Bulan Juni, kami nyatakan Bandara Komodo jadi international airport,” kata Budi.
Status bandara internasional memungkinkan Bandara Komodo menerima penerbangan langsung dari luar negeri. Misalnya, penerbangan dari Singapura, Tiongkok, Jepang, dan negara lainnya sehingga pariwisata di kawasan ini semakin berkembang.
Konsorsium Cardig dan Changi berkewajiban merancang, membangun, dan membiayai pembangunan fasilitas sisi darat, udara, dan pendukung bandara. Untuk mengoperasikan bandara selama 25 tahun, konsorsium diperkirakan membutuhkan biaya operasional sebesar Rp 5,73 triliun.
Pengelola Bandara Komodo wajib membayar konsesi di muka sebesar Rp 5 miliar dan konsesi tahunan dari pendapatan bandara sebesar 2,5%. Pembayaran konsesi tahunan dilakukan bertahap sebanyak dua kali dalam setahun kemudian akan meningkat menjadi 5% dari biaya konsesi tahun sebelumnya. Pengelola juga wajib membayar clawback sebesar 50%.
Sebelum menjadi pengelola Bandara Komodo, Changi telah mengelola beberapa bandara internasional. Bandara-bandara tersebut antara lain Bandara International Changi (Singapura), Sochi International Airport (Rusia), Vladivostok International Airport (Rusia), Tom Jobim International Airport (Brasil), dan Clark International Airport (Filipina).
Berikut ini lima fakta tentang Bandara Komodo yang kami kumpulkan dari berbagai sumber.
1. Konsorsium Cardig-Changi menyisihkan empat pesaingnya dalam lelang tender yang dilaksanakan akhir tahun lalu. Keempat konsorsium tersebut adalah:
a. Konsorsium Angkasa Pura II yang menggandeng Muhibbah Engineering Bhd, PT Adhi Karya Tbk, PT Brantas Abipraya, dan PT Citilink Indonesia
b. Konsorsium PT Astra Nusa Persada yang bermitra dengan Aeroport de Paris International
c. Konsorsium PT Interport Mandiri Utama dan Egis International, PT WIKA Gedung Tbk, dan PT PGAS Solution
d. Konsorsium Angkasa Pura I yang menggandeng PT PP dan GVK Power and Infrastructure Limited
2. Bandara Komodo saat ini memiliki landas pacu sepanjang 2.250 x 45 meter. Landas pacu ini akan diperpanjang hingga 2.750 meter sehingga pesawat besar seperti Airbus 320 bisa mendarat di bandara ini.
3. Konsorsium Cardig-Changi akan memperluas apron bandara tersebut menjadi 20.200 meter persegi, membangun terminal penumpang domestik seluas 6.500 meter persegi, terminal penumpang internasional seluas 5.538 meter persegi, dan terminal kargo 2.860 meter persegi.
(Baca: Setelah Komodo, Pemerintah Tawarkan Tiga Bandara ke Investor)
4. Kapasitas penumpang Bandara Komodo pada 2019 mencapai 1,5 juta penumpang dan tahun ini diperkirakan bisa melayani 2 juta penumpang. Kapasitas ini akan mencapai 4 juta penumpang pada 2024. Sementara itu, kapasitas kargo diperkirakan bisa mencapai 3.500 ton pada 2044.
5. Setelah berakhir masa konsesi selama 25 tahun, konsorsium Cardig-Changi akan menyerahkan kembali Bandara Komodo kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. (katadata)