Indovoices.com– Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya integritas pegawai dalam melayani petani dan eksportir. Hal ini perlu dilakukan untuk mengimplementasikan revolusi mental yang digagas pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla.
“Revolusi mental yang dimaksud bentuknya tidak boleh lagi ada pungli, karena itu adalah perbuatan haram. Kalau ada pungli hari ini juga aku berhentikan dari jabatannya,” kata Amran dalam pelepasan ekspor produk pertanian gebyar 10,5 juta ton di CDC Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (06/08/2018).
Menurut Amran, penanaman integritas berlaku di semua lini jajaran dan direksi Kementerian Pertanian. Terlebih para pegawai yang bersentuhan langsung dengan layanan masyarakat. Dia berharap, pola ini membawa dampak pada meningkatnya nilai ekspor dan investasi.
“Bukan lagi seremoni yang kita tonjolkan. Tapi kerja nyata untuk ekspor dan investasi yang lebih baik. Dalam hal ini terkait pelayanan masyarakat. Jadi, kita harus kembali ingat bahwa kita adalah pelayan rakyat,” katanya.
Khusus terkait ekspor, Amran berharap agar para eksportir terus meningkatan kualitas produknya supaya tidak mendapat reject dari negara tujuan. Apalagi, sasaran ekspor Indonesia sudah masuk pasar negara-negara besar di dunia seperti Australi, New Zealand, Belanda dan Jerman.
“Inilah yang disebut revolusi mental. Investasi naik 100 persen, ekspornya naik 100 persen. Andalan kita produksi CPO, karet, nanas, pisang dan buah-buahan harus ditingkatkan. Ke depan volume ekspor kita juga harus menyentuh 40,5 juta ton,” katanya.
Sekretaris Badan Karantina Pertanian, Arifin Tasrif mengatakan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan memperbaiki semua layanan ekspor. Perbaikan ini menyusul adanya teguran dari Mentan Amran yang menerima laporan dari eksportir asal Bogor terkait kesulitan akses layanan.
“Iya jadi tadi kita ditegur untuk memperbaiki layanan. Makanya kalau memang ada yang mempersulit layanan, kami akan mutasi bawahan kami ke luar daerah. Ini kita sedang mencatat apa-apa saja kesalahannya,” kata Arifin.
Arifin mengatakan perbaikan berikutnya adalah sistem layanan jemput bola bagi eksportir maupun pengusaha yang hendak melakukan investasi. Kata dia, sistem itu nantinya akan mengatur tata cara transaksi melalui layanan kilat.
“Pokoknya semua akan kita perbaiki dan dilakukan penyegaran sesuai arahan bapak menteri,” katanya.
Sebelumnya, seorang eksportir bernama Sumiati Hartono mengeluh pendaftaran dan pengajuan sertifikasi yang dinilai sedikit lambat. Keluhan itu disampaikan Sumiati kepada Mentan Amran dalam acara pelepasan ekspor di CDC Pelabuhan Tanjung Priok.
Adapun dalam rangkaian ekspor ini, Kementerian Pertanian melepas 10,5 ribu ton dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,1 triliun. Dengan begitu, total kenaikan ekspor rata-rata mencapai 2,4 juta ton per tahun. Catatan ini mengacu pada angka tahun 2013, dimana total ekspor saat itu hanya 33 juta ton, namun di tahun 2018 angkanya naik menjadi 42,5 juta ton.
Dalam kesempatanya, Amran menjelaskan kunci keberhasilan memacu ekspor pertanian terletak pada perubahan sistem, dimana kementan sendiri telah menerapkan pengurusan dokumen ekspor melalui Online Single Submission (OSS) dan mengambil langkah cepat untuk mendorong ekspor produk pertanian dengan penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert) serta menggunakan peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export). (jpp)