Indovoices.com-PT Krakatau Steel(Persero) khawatir penyebaran wabah virus corona(Covid-19) belakangan ini akan membuat Indonesia kebanjiran impor baja. Sebab, virus corona diprediksi menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan baja di berbagai negara.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan jika permintaan tertekan, maka jumlah pasokan baja global akan mengalami surplus. Ketika itu terjadi, maka negara produsen baja akan bergerilya mencari pasar untuk menjual baja mereka.
Salah satu pasar yang mudah dimasuki adalah Indonesia. “Karena memang Indonesia belum optimal menggunakan kebijakan dalam menjaga impor. Belum maksimal,” terang dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor besi dan baja mencapai US$10,39 miliar pada 2019 lalu. Angka tersebut tumbuh 1,42 persen secara tahunan dan mengambil porsi 6,98 persen dari total impor.
Ia meramal banjir impor baja bakal terjadi pada periode Mei hingga Juli. Sebab, mayoritas kontrak impor baja yang saat ini berlaku adalah kontrak tahun sebelumnya.
Ia menjelaskan pada umumnya, kontrak pembelian baja berlaku selama enam bulan hingga satu tahun. Karenanya, ia mengaku telah meminta beberapa kementerian terkait melakukan langkah antisipatif masuknya baja impor.
“Jangan sampai terbuai fine-fine (baik-baik) saja. Padahal sekarang belum terdampak dalam konteks order (pesanan) karena ada kontrak. Kalau kontrak habis pasar tidak serap dengan baik, maka ada kelebihan,” jelasnya.
Impor baja memang menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kepala negara mengungkapkan impor baja masuk dalam tiga impor terbesar, setelah minyak dan gas (migas).
“Ini tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit transaksi berjalan,” ujar Jokowi.
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan utilisasi pabrik besi dan baja nasional hanya sekitar 50 persen. Hal itu terjadi lantaran industri besi dan baja lokal kalah saing dengan baja impor, baik dari sisi harga maupun kualitas.(cnn)