Indovoices.com –Pandemi COVID-19 membuat perekonomian di DKI Jakarta terpukul. Kondisi tersebut bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 terkontraksi -8,22 persen year on year (yoy) atau jauh dibandingkan triwulan II 2019 yang positif 5,48 persen.
Selain itu, angka di triwulan II 2020 juga masih di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi -5,32 persen yoy.
“Angka pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan II 2020 adalah yang terendah selama kurun waktu 10 tahun terakhir, meskipun tidak sedalam saat krisis ekonomi tahun 1998,” kata Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda DKI, Sri Haryati berdasarkan paparannya.
Meski begitu, DKI Jakarta masih menjadi tujuan investasi baik asing maupun dalam negeri. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) per Januari – September 2020 menunjukkan bahwa realisasi investasi di ibu kota masih tinggi dibanding wilayah lainnya.
“Pada periode Januari-September 2020 total realisasi PMDN dan PMA sebesar Rp 72,5 triliun, terbesar nomor 2 se-Indonesia. Pemprov DKI Jakarta terus berupaya melakukan inovasi untuk mempercepat proses perizinan untuk menarik investor,” ujar Sri Haryati.
Seiring berjalannya waktu, aktivitas perekonomian yang sempat berhenti karena kebijakan PSBB sudah mulai bergerak lagi di masa PSBB transisi atau di Juli sampai Agustus. Sri Haryati mencontohkan pengunjung pusat perbelanjaan di Jakarta sudah mencapai 57 persen.
“Kenaikan kunjungan ke pusat belanja umumnya didorong oleh pekerja yang mulai bekerja dari kantor dan keinginan konsumen untuk mendapatkan entertainment setelah berakhirnya PSBB,” terang Sri Haryati.
Pergerakan tersebut juga bisa dilihat naiknya jumlah dine in di restoran yang didorong oleh restoran kategori general mencapai 49 persen. Hal itu disebabkan karena menu makanan beragam dan selera yang lebih sesuai dengan kelompok masyarakat menengah.
“Sementara itu kelas menengah atas tampaknya masih ragu-ragu untuk dine in di restoran, terlihat dari kunjungan ke specialityrestaurant yang masih di bawah 50 persen,” ungkap Sri Haryati.
Sri Haryati menjelaskan dinamika kunjungan akan dipengaruhi oleh kebijakan PSBB. Ia merasa pemberlakuan PSBB akan mengurangi jumlah kunjungan.
Meski berupaya meningkatkan perekonomian, Sri Haryati menegaskan pihaknya tetap mengedepankan protokol kesehatan termasuk di pusat perbelanjaan dan restoran.(msn)