Diantara semua hal yang dijadikan: ”komoditas” untuk berjualan, khususnya di masa Pilpres, adalah : sara, kapitalisme, antek aseng dan komunisme.
Yang paling menyeramkan dari antara ke 4 hantu-hantu ini adalah: ”Hantu Komunisme” Yang sejak zaman orba, menjadi momok menakutkan. Sebegitu mengerikan, sehingga banyak korban salah tangkap, hanya bisa pasrah menerima nasib. Karena tidak seorangpun yang berani membantunya, kuatir disebut :”Antek Komunisme”. Salah satu contoh adalah petani yang ditangkap dan dihajar hingga modar, hanya karena mendapatkan cangkul yang dibagi-bagi secara gratis dan langsung dituduh antek komunisme.
Padahal bagi orang yang sedang menderita, akan menerima bantuan dalam bentuk apapun, tanpa perlu bertanya, apa agama atau dari partai mana, orang yang memberikannya sumbangan. Atau orang sakit yang ditolong oleh dokter, apakah akan bertanya: ”Maaf, dokter agamanya apa? Atau maaf, dokter komunis nggak ya?”
Sebagai warganegara Indonesia, yang dilahirkan sebelum zaman kemerdekaan, maka saya adalah salah satu saksi hidup, betapa politik itu sangat mengerikan. Satu orang yang terlibat dalam satu keluarga, bisa-bisa seluruh keluarga akan ditebas.
Haruskah Semua Orang Bungkam ?
Seakan akal budi sudah tertutup dan tertimbun kotoran yang bernama: “Hantu Komunisme” sehingga orang tidak lagi bisa berpikiran jernih. Bahkan hati nurani orang-orang yang selama ini menjadi panutan pun diam seribu bahasa, karena takut mendapatkan stempel: ”Komunis”. Kurun waktu yang setengah abad tidak mampu memupus fobia komunisme, yang hingga saat kini masih merebak dan dijadikan komoditas untuk jualan politik.
Hantu Komunisme Masih Gentayangan?
Satu patah kata: ”Komunis” lebih tajam daripada belati. Di zaman Orba, kalau seseorang dibenci, karena tidak mau membantu suatu partai tertentu, maka hanya dengan mengeluarkan sepatah kata: “Kamu komunis ya!” Maka dalam sekejap, orang yang tidak ada kaitan apapun dengan komunisme, akan dibungkam, bahkan hingga seluruh keluarganya. Yang tersisa hanyalah saksi-saksi bisu, yakni kuburan tanpa batu nisan, yang tidak bisa lagi membela diri.
Ada Apa Dengan Penayangan Film G30 S ?
Penayangan kembali film G30S sempat dipertanyakan oleh berbagai kalangan, tujuannya apa dan apa alasannya? Namun, hingga kini orang hanya bisa bertanya kepada rumput yang bergoyang. Kesan yang membias di kalangan masyarakat awam adalah upaya untuk menghidupkan kembali: ”Hantu Komunisme” yang sudah lama mati dan dikuburkan. Apalagi sejak bubarnya Uni Sovyet, yang menjadi nenek moyang Komunisme, sudah pupus dari muka bumi. Bahkan bos besar dari negara komunis ini tidak lagi berbicara mengenai ideology. Malahan berbicara mengenai kemajuan di bidang ekonomi dan pembangunan bagi negara dan bangsanya.
Komunisme Sebuah Kutukan
Satu kali seseorang mendapatkan stempel: ”komunis” maka hingga 7 turunan, keluarganya akan terus diasingkan dari masyarakat, bahkan tidak diterima masuk untuk bergabung di berbagai institusi. Padahal anak ini belum lahir, bahkan ibunya masih anak-anak pada waktu komunisme menjadi viral di negara ini. Apa salah anak yang belum lahir? Tapi begitulah hukum yang tidak tertulis, tapi sungguh tega memperlakukan hal-hal yang sangat tidak manusiawi terhadap anak-anak yang bahkan belum lahir, sewaktu terjadinya G30S.
Ditulis berdasarkan opini pribadi, sebagai salah seorang dari warga Indonesia, yang lahir sejak sebelum zaman kemerdekaan dan yang menjadi salah satu saksi hidup, mewabahnya virus Hantu Komunisme yang membelenggu pikiran sebagian besar masyarakat Indonesia hingga kini.
Tjiptadinata Effendi