Indovoices.com- Sesuai Revisi Peraturan Pemerintah (PP) No.57 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, Pemerintah sangat serius dalam menangani Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Proses pembentukan gambut ada lekukan air. Di mana lekukan air mulai tumbuh dan terakumulasi selama tahun. Tipikal gambut ini ada di papua. Kalau di Sumatera dan Kalimantan tipikal gambut ombrogen.
Demikian disampaikan Kasubdit Pengelolaan Gambut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) M. Askary saat menjadi narasumber di acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) dengan tema “Proses Penegakan Hukum Karhutla” di Kantor KLHK, Jakarta.
“Hotspot tidak hanya di gambut, tapi juga terjadi di mineral. Kalau di lahan gambut kita buat drainase, gambut menjadi kering. Yang dikhawatirkan dalam jangka panjang, kalau jangka pendek Karhutla,” ujar Askary.
Secara konseptual, menurut Askary, ada 4 pendekatan yang dilakukan. Pertama, bagaimana gambut itu dikembalikan airnya, bagaimana kota kembalikan vegetasinya, perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat, dan terakhir bagaimana penegakan hukum.
“Ini semua harus dilakukan. Kami melihat sebagian besar lahan yang terbakar non konsensi. Kami benar-benar serius dalam menangani ini baik dari hulu sampai hilir.
Faktor kebakaran hutan dan lahan ada faktor manusia, faktor lahan, faktor cuaca. Manusia yang paling besar,” jelas Askary.
Selanjutnya, Askary mengakui, memang tidak mudah untuk melakukan handling di kebakaran hutan di lahan gambut. Pada tahun ini faktor ini jauh lebih dominan daripada aspek yang lainnya.
“Area yang telah kami intervensi tidak terbakar. Kita coba mengintervensi masyarakat untuk membangun sekat kanal. Untuk area konsensi yang sudah dilakukan proses pada 241 perusaahn sampai hari ini. Saat ini yang telah ditangani 68 tanaman industri dan 173 sawit,” ulas Askary.
Selain itu, Askary juga menjelaskan, pihaknya sudah memasang 10.331 unit pemantauan titik muka air. 121 ribu sekat kanal yang telah dipasang.
“Kita melakukan penamanam kembali dan ditanam kembali dengan vegetasi asli hutan. Kami sudah punya Sistem mengukur tinggi muka air gambut. Sistem ini belum seluruhnya realtime online, tetapi merekamnya realtime online,” jelas Askary.
Turut hadir sebagai narasumber dalam Dismed FMB’9 kali ini adalah Dirjen Gakkum LHK KLHK Rasio Ridho Sani. (jpp)