Indovoices.com- Pasca Pemilihan Umum (Pemilu) di bulan April 2019 ada dua kegiatan Surya Paloh (SP) yang menarik perhatian publik yaitu pertemuan makan siang dengan Gubernur Anis Baswedan di DPP Nasdem Gondangdia dan kunjungannya ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dua kegiatan ini ditanggapi publik secara berlebihan. Padahal hanya makan siang dan silaturahmi dengan PKS. Silaturahmi dengan PKS menghasilakan 3 poin. Tiga poin itu berbicara tentang komitmen tentang Pancasila sebagai dasar negara kita. Menghargai pilihan politik. Menyadari perbedaan yang kita miliki dan semua itu untuk memajukan bangsa.
Saya mencoba memahami jalan pikiran yang sinis terhadap dua kegiatan SP. Mengapa kita sinis melihat pertemuan dua tokoh yang berbeda pilihan politik?.
Bagi saya, bertemua dengan yang satu pemikiran itu biasa saja. Tetapi ketika bertemu dua tokoh aliran atau pilihan politik yang berbeda itu yang luar biasa. Tidak mudah melakukan pertemuan yang berbeda pilihan. Bertemu dengan orang yang berbeda pilihan politik secara tajam itulah yang dilakukan Surya Paloh.
Saya mengingat kembali sikap politik partai Nasdem yang dipimpin Surya Paloh. Masih ingat ketika Ahok ingin kembali Gubernur DKI paska ditinggalkan Jokowi menjadi Presiden?. Surya Paloh mendukung Ahok lewat jalur Independen karena kursi Nasdem di DKI tidak cukup mendukung Ahok.
Ketika berebut Cawapres Jokowi, Surya Paloh mengatakan, “Nasdem sudah memilih Capres Jokowi maka bebaskan Jokowi memilih Cawapresnya agar memilih Cawapres yang memiliki hubungan batin, dengan hubungan batin bisa bejerja optimal membangun bangsa”.
Nasdem yang dipimpin Surya Paloh terus bekerja keras membangun bangsa. Lelah melawah “musuh” politiknya. Ketika perhelatan selesai Surya Paloh mencairkan suasana. Surya Paloh menyegarkan kembali makna kebangsaan kita. Surya Paloh menyegarkan pemahaman kita sebagai saudara. Saudara sebagai satu nusa, bangsa dan bahasa.
Lalu, kalau kita konflik ketika Pemilu, Pilkada, Pilkades dan tidak ada silaturahmi dan makan siang atau makan malam dengan orang yang pernah berbeda pilihan dengan kita, hendak kemana persaudaraan bangsa kita?.
Keteladanan Surya Paloh yang bekerja keras memenangkan pilihan politiknya dan bersedia makan siang dengan Anis Baswedan yang mengalahkan Ahok yang didukungnya. Kemudian mengunjungi PKS yang ketika Pemilu berbeda pilihannya. Surya Paloh seperti pertandingan bola final yang sengit, meneteskan air mata. Pluit sudah disemprit dan yang kalah dan menang berpelukan. Sportivitas itulah yang hendak disampaikan Surya Paloh ke seluruh anak negeri.
*Gurgur Manurung pengamat sosial dan lingkungan.