Indovoices.com -Jakarta – Selama empat tahun terakhir era Menteri Pertanian Amran Sulaiman mampu menorehkan beragam catatan prestasi membanggakan.
Prestasi di sektor pertanian itu tentu saja sesuai dengan Nawacita butir ketujuh yang diusung Presiden Jokowi tentang peningkatan kedaulatan pangan Indonesia.
Kepala Pusat Data Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Ketut Kariyasa mengatakan, beberapa aspek dapat dijadikan indikator terjadinya perubahan lebih baik di sektor pertanian.
Antara lain, meningkatnya produksi pertanian di semua komoditas, membaiknya kesejahteraan petani, berkurangnya kesenjangan pendapatan masyarakat pedesaan dan melonjaknya ekspor.
“Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun dasar 2012 sama dengan 100, sejak 2014-2018 nilai tukar petani (NTP) meningkat dari 102,03 jadi 102,46,” ujar Kariyasa, di Jakarta, Rabu (3/7/2019).
Begitu juga dengan nilai tukar usaha pertanian (NTUP), ucap Kariyasa, ikut menanjak dari 106,05 tahun 2014 menjadi 111,83 pada 2018.
Kariyasa menyebutkan, kenaikan NTP dan NTUP itu merupakan bukti membaiknya daya beli dan kesejahteraan petani selama masa Amran Sulaiman.
Untuk menurunnya angka kesenjangan kehidupan masyarakat desa dan kota, ungkap Kariyasa, ditelusuri dari angka gini ratio nasional. Pada Maret 2013, gini ratio masih berada di angka 0,424, namun Maret tahun 2018 menurun jadi 0,389.
“Bahkan pada September 2018 pemerataan kembali membaik ditandai menurunnya gini ratio menjadi 0,384,” kata Kariyasa.
Selanjutnya Kariyasa menuturkan, indikator keberhasilan lain kinerja Kementerian Pertanian yaitu mampu menjaga terjangkau dan stabilitas harga bahan makanan atau pangan secara konsisten.
Tahun 2014, inflasi pangan masih tergolong tinggi hingga 10,57 persen. Namun pada tahun 2017, Kementerian Pertanian mampu menekan inflasi pangan menjadi amat kecil yakni 1,26 persen.
“Bahkan tahun 2017 inflasi bahan makanan atau pangan adalah terendah yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia,” ujar Kariyasa.
Begitu juga dengan tingkat kemiskinan masyarakat di pedesaan yang mayoritas adalah petani terbukti menurun.
Pada Maret 2013, penduduk miskin secara nasional masih 14,32 persen. Namun pada September 2018 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 13,10 persen.
“Sedangkan pada perdagangan internasional, ekspor pertanian justru meningkat. Selama 2013-2018 volume ekspor pertanian meningkat 26,9 persen atau rata-rata per tahun 5,4 persen. Dari 33,5 juta ton menjadi 42,5 juta ton,” ucap Kariyasa.
Menyikapi kerja Kementerian Pertanian itu, pengamat pertanian IPB Suwardi menuturkan, menunjukan bukti adanya perubahan di sektor agraris.
Data-data yang tersaji, kata Suwardi, menandakan jelasnya skema kerja yang disusun Amran Sulaiman guna memperbaikan pertanian nasional dari masa sebelumnya.
“Tinggal dipertahankan apa yang sudah bagus kan, ke depannya apa yang masih kurang dirumuskan bagaimana supaya meningkat hasilnya,” ungkap Suwardi.
Suwardi mengemukakan, berdasarkan data yang ada menjadikan sektor pertanian memiliki peranan penting untuk mendongkrak ekonomi Indonesia.(kementan)