Indovoices.com- Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI bekerja sama dengan Indonesian Gastronomy Association (IGA) menyelenggarakan “National Seminar on Economic Diplomacy: Gastrodiplomacy to Strengthen the Indonesian Economy“, di Jakarta.
Acara ini dihadiri kurang lebih 250 orang dan menjadi kesempatan saling berbagi pengetahuan serta pengalaman tentang menjalankan bisnis makanan, khususnya makanan khas Indonesia di luar negeri.
“Makanan adalah identitas nasional suatu bangsa. Gastrodiplomacy akan mendukung diplomasi ekonomi Indonesia,” tutur Menlu Retno Marsudi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Cecep Herawan menyebut bahwa tidak hanya sekadar tujuan bisnis, Gastrodiplomasi juga merupakan alat soft-power diplomacy yang kuat dan mampu meningkatkan citra Indonesia di luar negeri serta dapat mendorong industri pangan Indonesia di luar negeri.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kemlu Siswo Pramono menyampaikan bahwa Indonesia perlu fokus untuk upaya memperbanyak industri makanan di luar negeri, bekerja dengan diaspora, menciptakan tradisi tersendiri, serta mempertimbangkan sensitivitas menu-menu tertentu di belahan dunia lainnya, seperti konsumsi daging sapi di India.
Kegiatan ini sendiri menghadirkan peserta dari para pemangku kepentingan, yaitu kementerian/lembaga, organisasi masyarakat, akademisi, mahasiswa, pelaku usaha di bidang kuliner, serta masyarakat umum.
Kegiatan diisi dengan share of best-practices di bidang kuliner oleh para pakar sekaligus pelaksana bisnis dari Thailand dan Korea Selatan, yaitu Karim Raoud dari Blue Elephant cabang Paris dan Steven Kim dari Qraved.
Selain itu, para pelaku bisnis kuliner ternama di Indonesia, yakni Hendra Noviyanti dari Upnormal dan Rama Auwines dari Sari Ratu, juga turut berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnisnya.
Sementara dari pihak pemerintah, Darmono Taniwiryono dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit juga hadir sebagai pembicara untuk memberikan perspektif lain. (jpp)