Indovoices.com- Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengapresiasi langkah tepat guna Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan yang meluncurkan program Integrasi Sapi-Sawit.
Program ini diluncurkan untuk mendukung peningkatan populasi sapi potong melalui Pergub No. 43 tahun 2019 tentang Integrasi Sapi-Sawit pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kepulauan Bangka Belitung.
“Kami sangat senang dengan diterbitkannya Pergub ini karena merupakan wujud komitmen serius untuk menjadikan Bangka Belitung sebagai sentra sapi potong di Pulau Sumatera,” ujar Direktur Pakan, Sri Widayati yang mewakili Dirjen PKH dalam acara Gebyar Peternakan Babel Lumpat (Lumbung Pangan Asal Ternak) 2022, Sabtu (7/9).
Meski demikian, Widayati menerangkan masih ada masalah utama dalam usaha sapi potong yang sering dihadapi peternak. Salah satunya adalah soal ketersediaan pakan berkualitas yang masih minim.
“Nah, upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini adalah mengembangan sistem integrasi sapi sawit. Jadi, keterbatasan pakan dapat dipenuhi dari pengelolaan limbah. Di samping itu, ada juga kelembagaan yang mengikat antara kerjasama perusahaan dengan kelompok petani-ternak,” katanya.
Secara aturan, regulasi pendukung tentang integrasi ini telah tersedia dengan baik pada Permentan Nomor 105 Tahun 2014 yang mengatur usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha budidaya sapi potong. Kata dia, aturan ini merupakan acuan operasional turunan dari Perpres Nomor 48 Tahun 2013 tentang Budidaya Hewan Peliharaan.
“Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan produksi daging melalui sistem integrasi sapi sawit patut diapresiasi, sehingga perlu dukungan dari kelembagaan yang saling menguatkan agar upaya tersebut mencapai hasil maksimal,” katanya.
Widayati mengatakan, upaya ini sudah memiliki contoh kongkrit yakni berhasilnya integrasi yang dilakukan Kelompok Tunas Baru di Kabupaten Bangka Tengah. Di sana, pemerintah sendiri telah memfasilitasi sapi sebanyak 35 ekor yang bersumber dari anggaran APBN Ditjen PKH Tahun 2015.
“Saat ini sudah berkembang menjadi 179 ekor. Tapi, peningkatan jumlah ternak ini didukung oleh pakan yang diproduksi secara mandiri dengan menggunakan bahan baku utama pelepah sawit, daun sawit dan bungkil inti sawit” ujarnya.
Menurut Widayati, upaya pakan mandiri ini berhasil mengefisienkan biaya pakan menjadi lebih murah. Kemudian menaikkan bobot badan harian hingga mencapai 0,4 kilogtam dari bobot sebelumnya yang hanya 0,2 kilogram.
*Gebyar Peternakan Babel Lumbung Pangan Asal Ternak 2022*
Sekedar diketahui, Gebyar Peternakan ini dihadiri Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, serta Direktur Pakan Ditjen PKH. Turut hadir juga diantaranya Pj. Sekda Babel, Kepala Dinas Pertanian Babel, masyarakat dan peternak.
Gebyar Peternakan ini dimeriahkan dengan berbagai rangkaian acara mulai dari bimbingan teknis kepada para peternak dan penyuluh, pasar tani, pameran produk pertanian, kontes ternak sapi hingga launching program integrasi sapi sawit.
Dalam laporannya, Kepala Dinas Pertanian Babel, Juaidi menyampaikan bahwa pemerintah daerah terus mendorong kelompok ternak lokal agar menerapkan integrasi ternak-tanaman dalam mewujudkan Program Babel Lumpat 2022.
“Pemprov secara berkesinambungan terus menggali potensi daerah sebagai program mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat melalui pengembangan peternakan di wilayah Bangka Belitung,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Pj Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Yulizar mengatakan, program pembangunan yang dilakukan ini merupakan salah satu program terobosan yang terus dikembangkan.
“Sangatlah penting upaya pemanfaatan kemampuan lokal yang berdaya saing dalam meningkatkan populasi ternak sapi melalui produktivitas dan perluasan sub sistem,” katanya.
Dalam rangkaian acara ini, dilakukan juga penandatanganan MOU Integrasi Sapi-Sawit antara Pemda Provinsi dengan 4 (empat) perusahaan perkebunan sawit. Kempat perusahaan itu diantaranya PT Putra Bangka Mandiri, PT Steelindo Wahana Perkasa, PT Robinmas Jaya, dan PT Tata Hamparan Eka Persada.
“Dari empat perusahaan ini, dua perusahaan diantaranya sudah menerapkan integrasi sapi sawit sejak tahun 2017,” tukasnya. (kementan)