Indovoices.com-Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyardi agaknya tak mempermasalahkan gelombang di Jalan Tol Layang (elevated) Jakarta-Cikampek (Japek) II. Bahkan, ia menuturkan manfaat lain jalan gelombang yang terasa seperti polisi tidur itu sebagai agar masyarakat pengguna jalan yang melintas tetap terjaga saat berkendara.
“Kalau dalam batas kecepatan ya biasa saja, tidak bahaya. Kalau dalam keadaan ngantuk enak juga tuh, kayak dibangunkan gitu,” ujarnya di Kantor Kemenhub.
Oleh karenanya, ia mengimbau pengguna jalan untuk tidak melintas dengan kecepatan tinggi. Ia merekomendasikan batas kecepatan tertinggi, yakni 80 Kilometer (Km) per jam.
“Masyarakat banyak yang komplain (atas peraturan tersebut). Kenapa dibatasi 80 Km per jam? Ada yang namanya expansion joint, sambungan yang memang belum begitu bagus. Jadi, seperti polisi tidur. Bisa ada lompatan sedikit, ini yang cukup berbahaya (dalam kecepatan tinggi),” ungkapnya.
Dari sisi keselamatan dalam persiapan menjelang Nataru,Budi menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki dari jasa marga selain perbaikan sambungan. Salah satunya, adalah jumlah Water barrier, dan concrete barrier yang dinilai terlalu banyak dan terkesan menyempitkan jalur tol.Sementara itu, berdasarkan data yang diambil Kemenhub dalam satu hari operasi Jalan Tol Layang Japek II sejak minggu (15/12) kemarin, Budi menyebut terjadi peningkatan jumlah pengguna tol dari siang hingga menjelang malam hari.Kendati demikian, Budi menjelaskan bahwa permasalahan sambungan ini tidak akan membahayakan apabila masyarakat memenuhi peraturan kecepatan tersebut.
Pun demikian, Budi berjanji akan menggandeng Kementerian PUPR dan Jasa Marga selaku operator jalan tol untuk menyelesaikan persoalan jalan bergelombang di Jalan Tol Layang Japek II. Perbaikan, ia melanjutkan akan dilakukan sebelum Natal dan Tahun Baru.
Namun, ia memastikan sambungan antara kerangka jalan tol layang (expansion joint) masih terjalin dengan baik. Pun demikian, hasil survei Kemenhub menyebut sebagian besar masyarakat masih merasa kurang nyaman saat berkendara di jalan tol layang sepanjang 36,4 Km tersebut.
“Kemarin saya sudah koordinasi dengan PUPR dan Jasa Marga. itu kan harusnya sambungan itu harusnya gak terasa, dan sekarang memang belum sempurna. Dirjen Bina Marga dan Jasa Marga akan memperbaiki itu dalam waktu dekat,” tutur Budi.
“Secara umum, dari mulai siang, sore, hingga malam ada peningkatan pergerakan terutama Bandung-Jakarta. Artinya, secara bertahap, masyarakat semakin tahu tol elevated itu akan semakin membantu masyarakat,” tuturnya.
Diketahui, rata-rata jalur Jakarta menuju Cikampek dilalui 20 kendaraan per menit, dan memiliki puncak rata-rata kendaraan sekitar 40 kendaraan per menitnya.
Berdasarkan hasil tersebut ,Budi menilai jalan tol layang itu akan mampu membantu ledakan jumlah kendaraan saat Nataru tiba, dan meminimalisir kemacetan. “Saya kira sudah cukup bagus,” imbuhnya.
“Kemudian ada marka jalan lama yang belum dihapus, jadi membingungkan. Ketiga, sign atau petunjuk yang diusulkan pakai neon box, sehingga di malam hari jadi malam hari kelihatan,” tuturnya.
Sebelumnya, Pimpinan Proyek Area 1 PT Jasamarga Prajudi sempat menanggapi pertanyaan masyarakat yang menilai jalan tol Japek II ‘bergelombang’. Ia bilang bahwa desain yang harus mengikuti kondisi di bawahnya, seperti jembatan penyebrangan orang (JPO).(cnn)