Indovoices.com- Kementerian Agama melakukan program visiting teacher kepada para guru madrasah yang bertugas di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) wilayah Indonesia. Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kementerian Agama, Suyitno misalnya, berkunjung dan bertemu dengan para guru madrasah dari seluruh wilayah-wilayah laur dari Pulau Nias, Sumatera Utara.
Menurut Suyitno, kunjungan ini dalam rangka mendengar aspirasi mereka untuk kemajuan pendidikan madrasah di daerah 3T ke depan. Kunjungan ini juga dimaksudkan untuk memotivasi dan mengapresiasi kinerja dan dharmabakti para guru.
Di hadapan para guru madrasah, Suyitno memandang bahwa para guru yang berada di kepulauan Nias merupakan guru khusus dan spesial. Untuk itu, guru yang model demikan tidak boleh cepat mengeluh dan harus selalu semangat. “Guru yang khusus, spesial dan supra begini tidak boleh mengeluh,” katanya di Gunungsitoli, Nias.
Menurut mantan Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Radeh Fatah Palembang, potret guru ideal adalah mereka yang selain mempunyai talenta dan passion juga berjiwa pendidik. Guru ideal adalah mereka yang mempunyai panggilan jiwa sebagai seorang guru. “Passion di sini bukan life style ya, maksudnya panggilan jiwa untuk memilih sebagai guru,” tukas Direktur GTK Madrasah Kemenag.
Pada kesempatan tersebut, Direktur GTK Madrasah Kemenag memandang, setidaknya ada tiga tipologi guru. Pertama, adalah tipe sebagai seorang pengajar saja. Kedua, tipe sebagai seorang pendidik. Dan terakhir tipe sebagai guru yang semata-mata mencari mata pencaharian. “Sejatinya tipologi ketiga ini juga tidak masalah, tapi sayangnya mereka jadikan guru semata-mata sebagai pekerjaan,” tuturnya.
Suyitno melihat, guru spesial yang berdedikasi sebagai pendidik jumlahnya banyak, tersebar di berbagai wilayah. Namun, kisah perjuangan mereka jarang terdengar, tenggelam oleh hiruk pikuk berita guru yang hanya mengajar dan menjadikan profesinya sebagai pekerjaan. “Ibaratnya nila setitik, rusak susu sebelanga,” tandasnya.(jpp)