Indovoices.com-Dalam menangkal ajaran radikalisme di Idonesia, kita masih punya dua ormas besar yang dapat menangkalnya di samping pemerintah yaitu NU (Nadhatul Ulama) dan Muhammadiyah. Kedua ormas besar ini moderat,” tukas Kamaruddin Amin, Dirjen Pendidikan Islam Kemenag (Kementerian Agama) dalam acara diskusi media FMB 9 dengan tema “Mengedepankan Strategi Deradikalisasi” di Kantor Kemkominfo.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki ormas yang bagus seperti NU dan Muhammadiyah sebagai infrastruktur sosial yang moderat. “Sehingga umatnya memiliki infrastrukur sosial yang kuat untuk mengantisipasi ideologi radikal,” katanya lagi.
Menurutnya, jika ada ajaran radikal melakukan penetrasi ke rakyat Indonesia maka mereka akan berhadapan dengan kedua ormas besar yang moderat itu termasuk dengan fasilitas yang mereka miliki seperti kyai, guru, dosen hingga lembaga pendidikannya yang akan melawan ajaran radikal tersebut. “Maka Indonesia yang memiliki masayarakat yang amat beragam ini memiliki potensi perpecahan bangsa tapi bisa ditanggkal oleh dua ormas besar ini disamping juga pemerintah,” tambahnya.
Kamaruddin Amin, mengatakan definisi tentang radikalisme adalah upaya sistematis ingin dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mengubah ideologi negara melalui jalan kekerasan. Sedangkan dalam konteks politik adalah upaya untuk mengbah ideologi negara dengan ideologi lain yang bersifat transnasional seperti khilafah an lainnya.
“Ideologi radikalisme bisa masuk melalui media sosial yang tak terbatas. Radikalisme dilakukan secara sitematis karena itu harus ada upaya deradikalisasi melalui cara yang massif, terstruktur, dan sistematis juga terukur,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa dari bidang Direktorat Jenderal Pendidikan Islam upaya yang dilakukan adalah mengkampanyekan keberagamaan yang moderat.”Karena itu ada Pusat Kajian Keberagamaan yang Moderat (moderasi keberagaman). Ada sinergitas yang produktif antara mahasiswa, dosen dan perguruan tinggi Islam sehingga dapat menghasilkan kontra narasi untuk melawan radikalisme,” tamahnya.
Ia menontohkan ketika ada penerimaan mahasiswa baru, maka kami bertanggung jawab untuk menangkal masuknya ideologi transnasional yang radikal agar tak menyusup ke mahasiswa baru yang masih lugu.”Upaya lainnya dengan menulis ulang buku-buku teks pendidikan tinggi untuk mengedepankan keberagamaan yag moderat sehinga bisa menangkal ideologi yang radikal tadi,” paparnya.
Begitu juga dengan penulisan ulang terhadap buku-buku pelajaran untuk madrasah dibuat denga menojolkan keberagamaan yang moderat. Sehingga sejak dini murid-murid madarasah sudah ditanamkan keberagamaan yang moderat untuk menghadang ideologi radikal tadi.
Sebab bisa saja para penganut ideologi radikal itu mampu memenangkan kontestasi ajaran agama di ruang publik melalui medsos. Untuk itu kami mengajak para pendakwah keberagamaan yang moderat dapat hadir di rung publik dan mampu memenangkannya.
“Intinya Kemenag sedang berupaya keras untuk berperang dengan para pendakwah radikal itu” tukasnya.
Hadir pula sebagai narasumber lain yaitu Dirjen Kewaspadaan Nasional Kemendagri Akbar Ali. (jpp)