Indovoices.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, hari ini, Jumat (19/10), kembali mengunjungi Kota Palu untuk meninjau kemajuan pemulihan pasokan listrik, Bahan Bakar Minyak (BBM), Liquefied Petroleum Gas (LPG), sumur bor air bersih, dan Tim Tanggap Darurat ESDM di wilayah terdampak bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala, dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Pada kunjungannya ini, Jonan menguatkan masyarakat untuk bangkit dan terus melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya, karena Sulawesi Tengah tidak sendirian.
“Saya sangat menganjurkan bahwa semua perjalanan hidup ada gangguan, kesusahan dan sebagainya, tetapi terus saja jalan, terus bangkit, terus melanjutkan hidup dengan sebaik-baiknya. Palu tidak sendirian, Sulawesi Tengah tidak sendirian, Sigi, Donggala, Parigi Moutong, tidak sendirian. Kami seluruh masyarakat, seluruh komponen bangsa ini mendukung maksimal,”tandas Jonan.
Jonan mengatakan bahwa pemulihan daerah terdampak bencana ini tantangannya untuk Pemerintah Daerah, jika terjadi relokasi daerah yang terkena likuifaksi. “Saya kira tidak ada tantangan, memang memakan waktu saja, tapi saya udah bilang semua fungsinya harus jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Memang begini, bukan tantangan. Tantangan untuk Pemerintah Provinsi, maupun Pemerintah Kota, atau Pemerintah Kabupaten adalah kalau ada terjadi relokasi karena daerahnya terkena likuifaksi. atau daerah yang menurut studi kebumian itu tidak layak untuk dihuni manusia. kalau sampai terjadi ya harus pindah, harus direlokasi, nanti pak gubernur yang pimpin ini,”jelasnya.
Pasokan BBM dan LPG Berangsur Pulih
Setibanya di Palu, Jonan meninjau Terminal BBM Donggala guna melihat keadaan TBBM dan memastikan pasokan BBM dan LPG di Palu, Donggala, dan Sigi yang telah berangsur pulih. Kondisi mooring post atau sandaran kapal di dermaga TBBM Donggala mengalami kerusakan, menjadi miring dan turun. Kerusakan tersebut mengakibatkan jetty roboh dan pipa dari kapal ke tangki rusak.
Untuk mempertahankan dermaga tersebut, Jonan menyarankan untuk memperkuat buoy yang tahan gempa hingga 9 skala richter (SR). “Kalau ini mau dipertahankan buoy harus lebih kuat. Tetap dibuat yang bisa tahan gempa sampai 9 SR. Atau bisa saja bawahnya itu pakai pelampung, seperti teknologi perancis untuk angkat kapal selam. Memang lebih mahal tetapi tidak masalah,” ujar Jonan.
Fungsi Terminal BBM Donggala sendiri tetap berjalan, namun secara darurat, karena terdapat kerusakan. “Tadi saya lihat di Terminal BBM Donggala, ada kerusakan, makan waktu mungkin 6 bulan untuk memperbaiki, tetapi fungsinya tetap jalan, ya darurat, tetapi tetap jalan. Kalau SPBU sih, rusak kecil-kecil itu, tidak ada masalah,” ujar Jonan.
Sejak Kamis, (18/10), 17 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) telah beroperasi di Kota Palu (2 SPBU menggunakan truk tangki), 7 SPBU di Kabupaten Donggala, 2 SPBU di Kabupaten Sigi, dan 10 SPBU di Kabupaten Parimo. Sementara untuk stok BBM, ketahanan Premium selama 8 hari, solar selama 11 hari, dan avtur 14 hari.
Terkait pasokan LPG, saat ini seluruh agen LPG Public Service Obligation (PSO), agen LPG Non-PSO, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPPBE) PSO, dan SPPBE Non-PSO telah beroperasi aktif di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi. Sementara 81% pangkalan LPG telah beroperasi normal. Stok LPG yang tersedia di Kota dan sekitarnya sebanyak 428 metric ton (MT), dengan ketahanan selama 6 hari.
Hingga kemarin, Kamis (18/10), operasi pasar LPG telah dilakukan setiap hari sejak tanggal 3-18 Oktober 2018. Operasi pasar tersebut berlokasi di Kota Palu sebanyak 8 kecamatan, Kabupaten Donggala 16 kecamatan, dan Kabupaten Sigi 15 kecamatan. Total tabung LPG yang didistribusikan adalah 163.971 tabung yang tersebar di 398 titik operasi pasar.
Sistem Ketenagalistrikan 95% Pulih
Usai meninjau TBBM Donggala, Menteri Jonan bertolak ke Gardu Induk Perusahaan Listrik Negara (PLN) Silae di Kota Palu guna memastikan kondisi kelistrikan wilayah terdampak bencana gempa dan tsunami yang telah pulih 95%. Jonan melihat langsung bahwa kerusakan sistem ketenagalistrikan di Palu dan sekitarnya tidak terlalu besar, sehingga untuk pemulihan tidak memerlukan waktu yang lama.
“Kalau kerusakan, misalnya instalasi listrik secara keseluruhan, apakah pembangkit atau gardu induk atau penyulang atau gaardu distribusi itu kerusakannya sih tidak terlalu masif sehingga memerlukan waktu yang banyak. Kalau listrik buktinya kan sekarang, hampir 100% (pulih), kecuali daerah yang seperti Petobo, yang terkena likuifaksi, ya memang tidak bisa dipasang listrik lagi karena itu memang tidak mendukung (karena kerusakan parah dan rumah sudah tidak ada lagi,” ujar Jonan.
Saat ini, daya mampu sistem kelistrikan wilayah Sulawesi Utara, Tenggara, Gorontalo (Suluttenggo) telah mencapai 101 megawatt (MW) dengan beban puncak 87,17 MW, maka cadangan sebanyak 12,83 MW. 4 dari 5 pembangkit tenaga listrik, yakni PLTD Silae, PLTA Poso, PLTM Bambalo, dan PLTM Sawidago sudah beroperasi. Sementara 1 unit PLTU Mpanau masih dalam proses perbaikan, sehingga listrik akan dipasok dari pembangkit yang ada di Sulawesi Selatan.
“Ada satu pembangkit yang rusak, hingga mungkin butuh waktu agak panjang, tapi tidak apa-apa, jadi kita bisa redistribusi dari pembangkit-pembangkit lain yang di Sulawesi Selatan untuk memasok listrik di sini,” terang Jonan.
7 dari 7 transmisi listrik saat ini sudah beroperasi, begitu pula dengan gardu induk yang sudah 100% beroperasi. Sementara untuk distribusi listrik, 45 dari 45 penyulang distribusi dan 2.060 dari 2.161 gardu distribusi sudah beroperasi. Dari total 77 genset yang sudah tiba di Palu dan sekitarnya, 68 unit sudah beroperasi dan 9 unit telah siap pasang.
Rekomendasi Geologi Lingkungan dan Sumur Bor Air Bersih Beroperasi
Dalam kunjungannya ke Palu, Menteri Jonan juga meninjau sumur bor air bersih yang diusahakan oleh Badan Geologi. Hingga hari ini, 19 sumur bor telah beroperasi, 1 sumur bor dalam tahap pengeboran, dan 18 sumur bor masih dalam tahap persiapan. Jonan mengatakan bahwa sumur bor ini untuk melayani kebutuhan air bersih bagi pengungsi.
“Mengenai instalasi air begini, kami di Badan Geologi itu membantu pembuatan sumur bor untuk darurat, sumur bor dangkal sekitar 30-40 meter. Itu untuk melayani kebutuhan air bersih bagi para pengungsi. Kalau ini tidak ada masalah sih, kita coba buat paling efisien. Kami juga usahakan ini ada instalasi penyulingan air atau instalasi untuk membuat air itu paling kurang siap masak atau kalau bisa siap minum. Air bersih akan jalan terus sampai dengan hunian sementara terbangun, mungkin dalam 2-3 minggu ke depan, ya sampai akhir bulan,” ujarnya.
Terkait dengan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Palu dan sekitarnya, Badan Geologi telah menyusun peta rekomendasi geologi lingkungan. Peta ini menggambarkan informasi sumberdaya geologi dan bencana geologi yang dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dalam melakukan pembangunan fisik pasca bencana.
“Lalu tim Badan Geologi kami, ada geologis, geofisis, dan ahli georadar kami terjunkan, ada 50 ahli untuk menilai wilayah mana yang bisa digunakan untuk hunian kembali, mana yang tidak. Ini yang kita butuh waktu, mungkin 2 minggu untuk berunding dengan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat), mungkin kurang lebih satu bulan, ya sampai akhir bulanlah. Sampai akhir bulan mudah-mudahan tim ini bisa selesai semua. Terkait rekomendasi lokasi relokasi paling lambat akhir bulan Oktober akan diumumkan. Pak Gubernur yang akan mengumumkan,” ujar Jonan.
Selain itu, Badan Geologi juga telah melakukan kajian untuk relokasi daerah amblas di Balaroa dan Petobo; pengambilan data lapangan, yakni surface rupture dan gerakan tanah; pengamatan kerusakan akibat likuifaksi; persiapan survei mikrotremor di lokasi yang terlah diusulkan; pemetaan dengan drone di Petobo, Balaroa, dan Jonooge; serta mengamati kemungkinan banjir bandang di Dolo, Kabupaten Sigi.
Tim Tanggap Darurat ESDM
Kunjungan Menteri Jonan berlanjut ke Posko Kementerian ESDM. Di lokasi tersebut, Jonan bertemu dengan Emergency Rescue Team (ERT) yang dikoordinasikan oleh Kementerian ESDM. Jumlah anggota ERT ESDM atau Tim Siaga Bencana ESDM Provinsi Sulawesi Tengah, yang hadir di POSKO KESDM Siaga Bencana meliputi 28 Badan Usaha sektor ESDM, dengan total anggota 279 orang, terdiri dari rescue 107 orang, paramedis 44 orang, dokter 25 orang, operator 52 orang, support 53 orang, dan psikolog 5 orang.
“Tim medis, tim kesehatan, dan tim rescue, serta tim pembersihan wilayah-wilayah yang terdampak, yang domenya roboh segala macam, kita akan targetkan sampai 26 Oktober selesai. Kalau tim evakuasi sudah selesai,” jelas Jonan.
ERT ESDM juga menyiapkan alat berat untuk evakuasi jenazah. Selain itu, ERT ESDM juga melakukan trauma healing dan pemulihan pendidikan untuk anak-anak korban bencana di Desa Lerosondue, Kabupaten Donggala.